a IkaMitayani: Renungan
Showing posts with label Renungan. Show all posts
Showing posts with label Renungan. Show all posts

04 May, 2017

Ketika Kebaikan Anda Unduh Tanpa Disangka Datangnya


Ketika kebaikan Anda unduh tanpa disangka-sangka. Ini tentu akan membuat kaget. Tapi ceritanya tidak akan seekstrim itu. Dulu saya masih ingat dengan jelas, ketika masih di Solo. Ehm, tidak semua orang yang mengetahui karakter saya ini. Apalagi yang hanya mengenal di media sosial, belum lagi yang tidak intens berteman.
Sudah menjadi kebiasaan saya kalau melihat anak-anak. Saat di Solo, saya berteman

03 May, 2017

Kamu Akan Baik-Baik Saja. Bukankah Selama Ini Begitu?

Hari ini hari ketiga di tahun 2017. Sudah dapat apa? Harapan yang kupupuk terus menerus. Tentang impian yang selalu kurajut. Impian yang mungkin sebagian orang akan bosan mendengar. Kecuali telingaku sendiri. Seluruh anggota tubuhku sudah berkonspirasi mendukung segala impianku. 
Bagaimana kalau aku jatuh? Tersungkur? Kembali? Berulang? 

Jawabanku adalah tidak masalah. Aku sudah terbiasa. Aku akan baik-baik saja. Yang penting adalah apa yang aku lakukan sudah di track yang benar. Aku sudah bersungguh-sungguh. Apabila hasilnya tidak sepadan. Prosesnya sudah dijalani. Ada tangis darah, tenaga, usaha juga keringat menjadi bagianku. 
Kesulitan terberat sudah aku lalui. Ketika Tuhan mengujiku kembali dengan melemparku. Maka yang aku lakukan adalah bertahan dan mempertahankan mimpiku. Ya mimpiku. 

Meski terasa jauh untuk kugapai.

01 May, 2017

Cara Terampuh Ketika Kecewa Datang dan Bangkit Kembali

senyum-orang-beriman
Apakah kamu pernah merasa kecewa? Pernah kecewa? Tentu iya dong. Wajar dan manusiawi saya kira. Penyebab kecewa itu bermacam-macam. Tak hanya satu. Mulai dari gagal masuk sekolah favorit, teman yang menjauh, teman yang berbicara di belakang, ada orang yang menikung, cobaan bertubi-tubi, dll.
Rasanya akan sulit dan bohong kalau tidak kecewa dan bersedih. Tak masalah kok kalau kecewa dan meraung-raung. Berusaha melepaskan rasa agar bisa terbang bersama angin.
Ada beberapa cara terampuh ketika kecewa dan bangkit kembali. Ada? Iya. Butuh waktu berapa lama? Tergantung seberapa lama kamu ingin menyelesaikannya. Saya ada

28 March, 2016

Kritik Pedas Untuk Oknum Sekuriti Stasiun Tugu dari Ibu Dua Anak




Bepergian menggunakan kereta, bukan hal baru bagi saya. Bukan hanya setahun dua tahun, tapi sekitar sembilan belas tahun. Saya tahu benar, bagaimana perubahan demi perubahan yang dilakukan KAI untuk membuat pengguna kereta bisa nyaman. Tapi semalam adalah klimaks. Saya diperlakukan tidak semestinya oleh oknum sekuriti bernama Bayu, dan dilihat oleh pengguna jasa lain, dan didiamkan oleh petugas jaga yang berpakaian seragam atasan putih itu. Saya masih ingat dengan jelas.

Kronologinya begini, saya dan kedua anak pergi ke Jogja untuk mengurus sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena sangat penting, saya memutuskan berangkat, karena suami sedang ada kerjaan, dan rumah juga tak ada yang bisa menjaga anak-anak, dan memang begitu.

Saya kemudian berangkat menggunakan Prameks, tak ada masalah. Masalah bermula ketika hujan deras mengguyur Jogja. Salah satu pemilik tempat yang saya tuju, memutuskan mengantar saya, menerjang hujan, bersama putranya. Sampai depan Tugu. Saya lupa kalau seharusnya saya turun di pintu samping.Untuk membeli tiket lokal. Walhasil saya kebingungan saat harus pergi ke samping, harus memutar, itu artinya saya harus berhujan ria bersama anak-anak.


Saya lemas seketika, ga sanggup membayangkan.

09 February, 2016

Orang Ini Mengais Sampah Untuk Makan

Orang Ini Mengais Sampah Untuk Makan
Orang Ini Mengais Sampah Untuk Makan


Orang Ini Mengais Sampah Untuk Makan

Pagi ini sepulang mengantar anak ke sekolah, saya melalui jalan biasanya. Waktu saya mengendarai, kebetulan pelan, mata menangkap pemandangan yang membuat hati sedih. Tampak seorang lelaki mungkin seusia saya, hanya saja karena lusuh dan tak terawat tanpak menua. Dia duduk dengan berjongkok menghadap tempat sampah. Dia seperti mengais isi sampah. Bukan mengambil sampah seperti plastik, gelas mineral, botol, atau apa saja yang bisa dijual kembali. 

Tangannya memunguti beberapa plastik, yang saya tahu itu adalah bungkus permen. Jarinya seolah memastikan masih ada isinya di dalam. Kemudian dia menyisihkan ke lantai semen, setelah sebelumnya membersihkan bungkus permen itu dengan tangannya. 


Laju motor saya kurangi, sembari memperhatikannya. Saya mengurungkan untuk segera pulang, memutar balik motor dan menghentikan kendaraan tak jauh dari dirinya. Lalu pura-pura ingin menelepon, karena anak bertanya kenapa tak segera pulang. Saya bilang sebentar. Sebenarnya saya sedang mengambil gambar lelaki lusuh itu. Dia sempat menghentikan kegiatannya. Mungkin mendengar suara saya, dia kemudian melanjutkan memilih-milih lagi.

Dada saya tiba-tiba terasa sesak, melihatnya yang mengambil sisa makanan yang terbuang. Entah tadi malam, entah tadi pagi. Kemudian, tangannya sudah memegang sebungkus sate, melihatnya bisa dipastikan itu sisa sate semalam. Dia membuka plastiknya lalu membersihkan plastik. Lagi lagi, dia letakkan ke lantai dengan posisi berdiri. Saya masih melihat aktivitasnya, tanpa dia menyadari sedikit pun. 



Orang Ini Mengais Sampah Untuk Makan
Orang Ini Mengais Sampah Untuk Makan

Tak tahan lagi, saya masukkan ponsel kembali ke dalam pouch dan menyalakan mesin, kemudian memarkir di belakangnya. Tepat di rumah samping tempat dia memungut sampah. Menyadari hal itu, dia segera membereskan apa yang dia pungut tadi, di samping tempat sampah. Dia sudah mengemasnya rapi. Jemari-jemarinya yang sudah kusut ditepuk-tepukkan di bajunya, seperti sedang membersihkannya. Kemudian

11 January, 2016

Inilah Tiga Alasan yang Dikhawatirkan Sebelum Berjilbab


tiga alasan sebelum berjilbab, jilbab, hijab
Inilah Tiga Alasan yang Dikhawatirkan Sebelum Berjilbab


Inilah Tiga Alasan yang Dikhawatirkan Sebelum Berjilbab

Bagi seorang perempuan muslim, berjilbab memang sudah diperintahkan. Tapi tidak semua muslimah mengenakannya. Bahkan ada yang melepas jilbabnya sekian lama menggunakannya. Saya sedih melihatnya. Harapan saya untuk diri sendiri, bisa terus berjilbab.
Saya mau cerita pengalaman sebelum mengenakan berjilbab, tahun 2000. Saya sebenarnya ingin sekali berjilbab ketika duduk di bangku SMP. Sayang Mama tidak memperbolehkannya.
Kemudian di tahun 2000 saya nekat mengenakannya, pelan-pelan. Kalau keluar depan rumah, saya tidak memakainya. Berbeda kalau pergi ke tempat cukup jauh, misal ke kampus, dan tempat lainnya saya akan mengenakannya. Itu berlangsung selama sebulan. Mama yang tahu sebenarnya belum mengijinkan.
Jujur saja, ada ketakutan ehm tepatnya kekawatiran sebelum benar-benar berjilbab.

1. Apakah saya yakin? Apakah saya bisa bertahan menggunakannya? Mengingat banyaknya muslimah yang akhirnya lepas juga.

2. Bagaimana para lelaki yang menyukai saya? Apakah berkurang? Jujur ini masuk dalam daftar kekawatiran, hehehe. Mengingat waktu itu, hampir tiap hari, ada saja yang datang pdkt. :-D

3. Gimana dengan pekerjaan? Tidakkah jilbab akan menghalangi saya? Waktu itu saya selalu mendapatkan pekerjaan dengan gaji lumayan tanpa harus melamar.


Hanya tiga? Iya. Karena memang itu keresahan yang terjadi di dalam diri. Namun, ternyata Alloh justru membuka jalan bagi saya untuk beraktivitas lebih luas.
Alhamdulillah hingga detik ini, masih berjilbab. Belum dan jangan sampai saya melepaskannya, meski kelak saya terkenal sekali pun. Ketakutan saya yang kedua tidak terbukti, saat itu justru semakin banyak lelaki yang mendekati, dan lebih rata-rata jelas satu agama.

Awalnya respon lelaki yang berbeda agama akan menyayangkan keputusan saya, tapi ya ini keputusan yang sudah diputuskan. Saya tak goyah, meski teman perempuan banyak yang bilang, saya jauh lebih cantik ketika tak berjilbab. Saya sudah yakin dan berkomitmen untuk itu.

Bagaimana dengan yang ketiga? Tidak ada yang mempermasalahkan jilbab saya. Padahal banyak sekali klien, relasi juga partner berbeda keyakinan dan suku. Tidak masalah. Lancar saja. Makin banyak yang merekomendasikan etos kerja yang saya miliki. Saya masih bisa beraktivitas, bekerja, dan mengeksplore diri lebih luas. Nilai nominal yang saya dapatkan setiap bulan juga makin besar dan banyak bonus.

Jadi semua kekawatiran yang dulu sempat saya miliki, dijawab oleh Alloh. Selama berada di jalan Alloh, untuk apa resah, Tuhan akan selalu memberikan jalan, dan itu jauh lebih baik. :-) Nikmat mana yang saya dustakan?

Jangan pernah kawatir, buang jauh, karena Alloh justru memberikan banyak kebaikan. :-)

26 November, 2015

Korea Selatan Negara Teraman di Dunia?

korea selatan, seoul, negara teraman, negara teraman di dunia
Korea Selatan Negara Teraman di Dunia?


Korea Selatan Negara Teraman di Dunia?

Beberapa waktu yang lalu Korea Tourism Organization merilis info terbaru, tepatnya Rabu 25 November 2015. Bahwa Korea Selatan terpilih sebagai negara paling aman di dunia. Numbeo, situs perbandingan statistik negara dan kota terbesar di dunia yang mengadakan survey tersebut.

Survey yang bernama Tindakan Kejahatan dan Tingkat Keamanan Dunia yang diselenggarakan 17 November 2015, tersebut memasukkan 120 negara dalam daftar. Negara yang tahun lalu masih dalam peringkat ke 9 (79,68%) telah melesat di urutan pertama.

Bagaimana proses survey tersebut? Jadi begini, pihak Numbeo selaku situs penyelenggara, melakukan survey tersebut melalui website, kepada pengunjung yang tersebar di seluruh dunia.

Apa kriteria dari survey tersebut? Ada dua alasan yaitu; mengenai peraturan kepemilikan senjata api dan termasuk negara yang tidak pernah diserang oleh kelompok teror.


Adapun 10 Besar Negara Paling Aman di Dunia, antara lain adalah:

1. Korea Selatan (83,10)

2. Singapura (82,92%)
3. Qatar (80%)
4. Jepang (79,16)
5. Taiwan (78,78)
6. Hongkong (78,14)
7. Georgia (77,25)
8. Uni Emirat Arab (76,69)
9. Denmark (74,97)
10. Malta (74,43)


Apakah artikel ini bermanfaat? Kalau iya, silakan share artikel ini dan memberi komemtar ya. Komentar Anda memberikan semangat saya untuk terus berbagi. :-)


14 July, 2015

Aku Tak Cukup Percaya Diri

image



Aku tidak cukup percaya diri untuk memposting tulisan. Tak percaya? Sungguh. Aku merasa jauh dari kurang, tapi setidaknya aku terus belajar. Malu? Iya sebenarnya malu. Apalagi kalau lama tidak menulis, segala sesuatunya berkonspirasi agar aku kehabisan kata juga huruf tak mau mendekatiku.

Aku tidak percaya diri dengan tulisanku, anggap saja aku sedang belajar menulis. Aku belajar juga untuk keluar dari kotak. Mengeluarkan sesuatu yang tersimpan rapi dan hanya beberapa orang saja yang mengetahuinya.

Sungguh, aku tidak percaya diri dengan diriku sendiri, karena menggelikan ketika menyadari aku cukup berani membaginya di blog. Anggap saja aku sedang belajar. Anggap saja begitu, maka ajari aku dengan bijak.....

07 July, 2015

Benarkah Secar Akibat Tidak Berdoa?

Benarkah Secar Akibat Tidak Berdoa?



Benarkah Secar Akibat Tidak Berdoa?

Kita tak pernah tahu, kapan akan melahirkan secar atau normal. Ada sebagian orang yang menganggap melahirkan normal adalah suatu prestise, dan memandang rendah orang lain, baik secara sadar atau tidak. Kalau melahirkan normal, akan ada rasa bangga, lalu membuat status, seolah mereka adalah pemenang dari kejuaraan. Bukan hanya itu, ada istilah, wanita sempurna itu yang melahirlkan secara normal. Ini yang sering memicu mom war, saya sendiri tidak pernah memandang rendah siapa pun. Mau dia melakukan proses normal atau secar, menurut saya sama saja, melahirkan, bertaruh nyawa.



Ambil contoh soal ASI, apabila si Ibu tidak mau memberikan ASI, atau kekurangan, sementara saya melimpah ruah, anak sampai kekenyangan, karena setiap jam, anak saya akan meminum ASI di kedua sumber yang full tank, satu habis, minum satunya, saat minum satunya, sebelahnya sudah terisi penuh lagi. Alhamdulillah kan?

Alhamdulillah, tidak lantas membuat saya jumawa, mengecilkan mereka yang berjuang mengeluarkan ASI, karena putingnya masuk ke dalam, susah keluar, tidak memberi ASI ke anak, dll. Itu adalah wilayah privasi orang lain. Mereka pasti punya alasan, dan tentunya perasaan.

Tak pernah tahukah Anda, kalau ucapan atau pernyataan bisa melukai perasaan? Mereka yang melakukan secar juga memiliki perasaan. Pernahkan meletakkan posisi Anda di tempatnya?

Apakah benar, melahirkan secar, karena dia menyakiti orang lain, tidak menjaga mulutnya? Atau karena dia tak melakukan senam hamil? Kurang jalan....

06 July, 2015

Kamu Tak Sesulit Itu

Memaknai hidup itu berat, kenapa tak kamu jalani saja?
Menjalani hidup juga sulit, kenapa tak kamu mudahkan cara berpikirmu?
Setiap orang memang memiliki masalah dan kesulitan masing-masing, kamu tak akan benar-benar sendirian menanggungnya. Terkadang menengok sekitarmu, siapa tahu, kamu jauh lebih beruntung.
Coba lihat pula ke jalan, pinggiran kota, kemana saja, siapa tahu kamu jauh lebih baik keadaannya.
Belajarlah tak mengeluh, saat benar-benar kesulitan, siapa tahu itu batu loncatan menuju kesuksesanmu.

Meski jujur saja, itu melelahkan....

04 July, 2015

Wahai Orang Kaya Pemakai Surat Keterangan Tidak Mampu

Ketika Orang Kaya Memakai Surat Keterangan Tidak Mampu

Perasaan saya tak keruan, saat membaca beberapa artikel yang dishare di sosial media, tentang orang kaya yang bermental miskin, dengan tega menggunakan SKTM ( Surat Keterangan Tidak Mampu). Apakah mereka ini mengerti, apa arti tidak mampu? Tidak mampu menyekolahkan anak, tidak mampu berobat secara layak, belum tentu bisa makan sehari-hari, belum mampu memakai baju dengan layak, dll. Sangat menyedihkan memang.

Soal orang kaya bermental miskin ini, sering saya jumpai di berbagai tempat, tapi bagaimana lagi, kalau ternyata orang yang seharusnya adil dengan orang tak mampu, justru memberikannya kepada yang tidak berhak.

Ini definisi tidak mampu, menurut saya, orang yang tak mampu, kesulitan mengobati anggota keluarganya, atau bisa jadi dirinya, karena tak ada biaya, ada orang yang berhak mendapatkan sembako, juga ada orang yang seharusnya memiliki prioritas untuk mendapat tempat di sekolah negeri, dll, tapi ironisnya, hak mereka telah diambil oleh orang yang bermental kaya, tapi bisa membeli rumah, baju bagus, mengendarai mobil dan semacamnya.

Saya setuju dan salut, dengan kebijakan dari Ridwan Kamil, Walikota Bandung, mampu memberikan peringatan tegas, dan tak

29 June, 2015

Renungan Tentang Masa Depan Seorang Anak

image


Renungan Tentang Masa Depan Seorang Anak
Ada berapa anak yang seberuntung anak-anakku? Pikiran itu terus saja mengulang di benak saya akhir-akhir ini. Berita seputar anak-anak, entah disiksa, ditelantarkan, dikucilkan dan diusir dari tempat tinggalnya, cukup menguras pikiran saya. Bagaimana peran orang dewasa tidak bersikap dewasa sebagaimana mestinya. Ini sangat mengganggu sekali.

Tentu Anda masih ingat dengan jelas, soal Engeline atau anak lain yang disiksa orang dewasa yang seharusnya menjaga dan terus merawatnya dengan baik. Atau lima anak yang ditelantarkan oleh kedua orang tuanya yang ternyata kecanduan narkoba, ironis dengan pekerjaan sang ayah sebagai dosen, yang seharusnya mengetahui baik buruknya narkoba.

image



Terakhir, kasus anak pengidap HIV turunan dari orang tuanya, yang dikucilkan dan diusir dari tempat tinggalnya, parahnya sanak kerabat tak ada yang menolong. Beruntung dia memiliki kakak yang baik dan bertanggung jawab, pihak rumah sakit dan petugas yang memberikan perawatan dan pengobatan gratis, petugas yang patungan untuk ketiga kakak beradik itu.

Kasus ini entah kenapa tidak mencuat, sehingga tidak ada yang komentar. Andai kisah ini populer, tentu, tanpa disadari, seluruh media akan kompak memberikan edukasi secara langsung mengenai HIV Aids, tak menutup kemungkinan ini akan sampai ke daerah-daerah yang belum terbuka wawasannya mengenai hal itu. Ketakutan mereka adalah soal penularan HIV. Mereka takut soal itu. Saya mungkin harus mencari tahu soal relawan yang sering sosialisasi. Relawan itu butuh partisipasi dari orang yang peduli dan membantu mereka memgedukasi masyarakat.

Sedikit yang menjadi sesal saya, anak ini sudah tiga tahun menjalani

Kisah Pilu Anak Penderita HIV yang Tak Seharusnya Dikucilkan

image



Hari ini saya tak berhenti gelisah, menangis sesenggukan, kebayang-bayang, sedih berkepanjangan. Padahal pekerjaan sebagai ibu dan usaha online sudah cukup menyita waktu, tapi artikel mengenai anak yang mengidap HIV dari orang tuanya, membuat saya, ah sudah, benar-benar tak keruan.

Awalnya saya membaca artikel lain di Tribun online. Saat artikel selesai, mata saya menangkap judul artikel di bagian sudut kiri bawah. Tulisannya kecil, tapi entah kenapa, saya tertarik ingin membacanya. Berkali-kali saya menahan diri, agar tidak menekan judul artikel itu. Namun saya menyerah juga.

Artikel itu ada 5-6 halaman, bercerita tentang anak yang mengidap HIV namun dikucilkan oleh orang di sekitarnya. Perut saya mulas, merinding, memanas, merinding. Orang yang bercerita adalah kakak kandungnya, sebut saja bernama Satrio, saat berada di makam adik bungsu yang baru saja meninggal karena HIV, dengan nama yang semuanya disamarkan berikut wajahnya. Tentu saya mahfum dengan hal ini. Dia duduk disana bersama adiknya yang berusia 12 tahun, yang beberapa waktu ikut kakak tertuanya, sementara adiknya yang satunya juga demikian. Adik yang tuna rungu itu menangis sesenggukan saat mengetahui Adi telah meninggal. Sementara Adi dan kakaknya Dimas ikut Satrio. ( nama ini adalah nama samaran agar memudahkan saya bercerita).

Saat adik bungsunya, sebut saja Adi, berusia 4 tahun, kedua orang tuanya yang terkena HIV memburuk kondisinya, dan segera dilarikan ke rumah sakit. Sayangnya, keduanya tak terselamatkan lagi. Ayahnya menyusul Ibu yang meninggal sejam sebelumnya.

Beruntung, pihak rumah sakit, juga karyawannya sangat baik. Ada yang mengusulkan agar seluruh anak orang tua itu, diperiksa apakah ada yang terkena atau tidak. Ternyata ada. Kemungkinan saat hamil, ibunya tidak tahu kalau dirinya mengidap HIV.

Pihak rumah sakit juga membebaskan biaya pengobatan Adidan karyawan banyak yang patungan untuk biaya pulang pergi kakak beradik itu kalau ke rumah sakit, karena rumah sakitnya jauh. Menurut saya ini fakta yang mengharukan diantara berita negatif tentang rumah sakit yang sering mengeruk para pasien. Entahlah, yang jelas banyak yang kecewa dengan rumah sakit sekarang ini.

-

Kehidupan mereka, Satrio, Dimas kakaknya Adi, terbilang keras, setelah meninggalnya kedua orang tuanya, ditambah banyak orang yang mengetahui perihal adik bungsu yang HIV. Mereka bisa jadi takut tertular, hingga mengusir mereka dari kampung. Berpindah tempat, mulai kos sampai menginap ke rumah teman-temannya, setiap ada yang mengetahui adiknya yang sakit. Alasannya mereka takut tertular.

Bahkan saat kakaknya bekerja menjadi pengamen, kedua adiknya turut serta. Kalau keadaan tak memungkinkan, dia akan meninggalkan adiknya sebentar di warung. Mereka berpindah tempat dan kota. Kedua adiknya turut serta. Meski begitu, Satrio selalu rutin membawa Adi ke rumah sakit untuk periksa. Kadang Adi dan Dimas dia tinggal di rumah sakit tersebut ( keduanya sering menginap disana), dan dia bekerja mengamen. Terakhir, kondisi Adi ngedrop lagi dan menginap di rumah sakit selama 28 hari, anak yang terbilang ceria itu selalu minta disuapin bila di rumah sakit. Karyawan rumah sakit semuanya maklum, karena tentu dia kurang kasih sayang, ditambah lingkungan tidak mendukungnya.

Sehari sebelum Adi meninggal, dia meminta untuk bersama Satrio. Keinginan Adi pergi ke Jember dituruti oleh Satrio. Ketiganya pergi ke Jember. Namun tak berapa lama kondisi Adi menurun. Mereka membawa kembali ke rumah sakit. Berkali-kali Adi menyuruh Satrio keluar, lalu menyuruhnya kembali ke ruangan. Memyadari hal itu, Satrio berusaha menurutinya, dan mengatakan, kalau Adi mau pergi, dia ikhlas. Adi pergi ketika Satrio tertidur.

Meninggalnya Adi, Satrio bertekat untuk mencari pekerjaan lain. Alasan dia mengamen, agar dia bisa merawat kedua adiknya, dan tak meninggalkan Adi.

Ada kalimat yang seperti menghantam keras naluri saya, " Sekarang, banyak yang bersikap baik dengan saya, setelah Adi meninggal, untuk apa? Kenapa sekarang, tak ada gunanya sama sekali. Kenapa dulu justru meninggalkan kami?"



-

Perasaan saya benar-benar tak keruan. Bahkan saya sampai sesenggukan. Benar-benar tak bisa saya kendalikan. Ketika saya beraktivitas, semisal menyuapi anak saya yang bungsu, tiba-tiba saja ada bayangan, seolah saya melihat sendiri kejadiannya. Saya membayangkan, bagaimana Adi makan disuapin. Saya merasa jauh beruntung, anak-anak saya bisa tidur dengan baik, makan dengan baik. Tanpa kawatir akan ada yang mengusir. Tidak perlu tidur di jalan, berjuang demi nasi. Sendirian bertiga, menyusuri jalan. Entahlah, tak bisa membayangkan betapa sedihnya dia, ditolak dan diusir oleh kebanyakan orang yang tak paham mengenai HIV. Saya yakin dia juga pernah mendengar sendiri, atau kakaknya bercerita, entahlah.

Saya tak habis pikir, bagaimana mereka makan, mandi, ganti baju dan tidur. Apa iya, mereka membawa tas besar kemana-mana, berisi pakaian? Saya yakin, mereka sebenarnya punya rumah, jadi bisa saja pulang sewaktu-waktu, mengambil keperluan dan pergi. Hanya saja, karena diusir, mereka jadi tidak bisa pulang, dan hidup tak menentu di jalan. Bersyukur, masih saja ada yang berbaik hati memberikan tempat untuk menginap.


Mungkin saya akan butuh beberapa waktu. Sama seperti dulu. Saya memang tak bisa, bila mendengar atau membaca cerita yang berhubungan dengan anak. Terkadang saya berjuang mati-matian untuk tidak membaca atau mendengar, karena saya tahu akan seperti ini.

Saya berterima kasih dengan wartawan Tribun yang telah mengangkat kisahnya dan karyawan dan pihak rumah sakit, meski bisa dibilang terlambat, karena siapa tahu akan ada begitu banyak orang yang peduli. Bagi saya mereka pihak rumah sakit dn karyawan begitu peduli dengan kakak beradik itu, terutama Adi. Paling tidak dia tidak begitu bersedih. Sekarang, ada berapa banyak anak seperti Adi? Anak yang tidak beruntung dan harus dikucilkan. Menurut saya, seharusnya ada banyak orang terutama lembaga kesehatan, untuk sosialisasi juga mengedukasi masyarakat tentang HIV, agar mereka tidak dikucilkan. Program yang seharusnya ada sampai ke pelosok. Mungkin, entah kapan, saya ingin sekali berpartisipasi, karena bagi saya ini menyedihkan, usia yang tak lama tapi sudah menanggung begitu banyak hal yang tak seharusnya dia dera.

Semoga Adi bahagia dan tenang karena bertemu dengan ayah dan ibunya. Semoga dia juga menjadi pembuka pintu surga bagi yang menyayanginya, kelak. Semoga, banyak orang yang terbuka juga terketuk hatinya. Ternyata tak hanya di China, ada anak penderita HIV dari kedua orang tuanya yang tinggal sendiri di rumah bersama Anjing. Paling tidak, Adi tidak sendirian, ada kakak-kakak yang menyayangi dan menemaninya. Juga pihak rumah sakit dan karyawannya.


Satrio, kamu orang hebat, berjiwa besar dan bertanggung jawab dari pada orang diluar sana yang terlihat dewasa. Semoga banyak kebaikan besertamu, dipermudah rejekimu, untuk niatmu yang mulia, membesarkan adik-adikmu.

Mulai sekarang menajamkan semua indra yang dimiliki, memberitakan siapa saja yang tak beruntung dan membutuhkan bantuan. Siapa tahu, banyak yang terketuk hati untuk bersama-sama membantu. Apa pun itu.

06 June, 2015

Periksa Uang Kembalian Itu Penting

Blog Referensi Wanita

Beberapa kali saya mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Saya tidak mendapatkan uang kembalian yang seharusnya. Beruntung, saya memeriksa tepat di kasir atau belum jauh atau masih berada di warung/ toko/ minimarket.


Mungkin yang Anda ketahui akhir-akhir ini adalah kasus minimarket yang sering memberi uang kembalian tak sesuai dengan struk, atau harga di rak tak sesuai dengan komputer. Kalau harga tak sesuai di rak dengan komputer sering saya alami di Indomaret.

Percaya atau tidak kesalahan uang kembalian juga sampai ke warung dan toko. Toko pakaian misalnya, pernah salah menginput kode yang seharusnya untuk barang yang dibeli, tetapi tertulis di komputer dan tercetak di struk dengan kode barang lain yang nilainya 4x lipat. Beruntung saya masih disitu dan memeriksa struk. Saya langsung bertanya dengan orang yang melayani tadi. " Masa iya mbak, ciput harganya 60ribu?"

Orang tersebut lantas menuju kasir dan memeriksa. Ternyata kode salah input. Menurut mereka tidak salah, hanya kodenya yang berbeda. Saya bilang saja, " Itu tetap salah namanya. Kan kode berbeda artinya salah kode."

Mereka pun diam.

Kejadian lainnya saat membeli makanan sudah jadi di warung. Saya memberikan uang Rp 54.500,-. Padahal total pembelian Rp 24.500,-. Seharusnya kembalian Rp 30.000,-. Beruntung saya memeriksa uang kembalian. Pelayan tadi langsung bilang ke pemiliknya, " Benar kan bu, itungan saya tadi. Kembalian Rp 30.000,-"


Itu belum seberapa. Ada teman yang mengalami kejadian di restoran belakang BCA Jenderal Sudirman. Mereka datang kesana rombongan. Ketika membayar di kasir, teman saya terkejut bukan kepalang, karena selisihnya jauh sekali. Perhitungan teman tak sampai sebesar itu. Akhirnya mereka berkilah bahwa kesalahan sistem.

Baik, sekarang saya berpikir, ada berapa orang yang tidak memeriksa uang kembalian. Lumayan lo, kalau satu orang keliru sampai Rp 50.000,-. Hitung dalam sehari ada 50 pengunjung. Lumayan kan?

Jadi saran saya, periksa uang kembalian Anda dan struk Anda kalau di minimarket.

Semoga bermanfaat ya....

Apabila artikel ini bermanfaat, silakan menambah G+ dan follow @IkaMitayani dan Like Fanpage IkaMitayaniCom.

03 June, 2015

Penampilan yang Menipu

Apakah Anda memiliki kemampuan membuat penampilan menarik? Penampilan menarik itu tak perlu baju, sepatu atau tas mahal. Tanpa itu, Anda bisa membuat para sales promotion di mall, terutama mall elite, menawarkan produk ke Anda.

Tak sembarang produk. Harga produk tersebut juga terbilang mahal. Saat Anda melihat harga yang tertera di masing produk itu, membuat Anda menghela nafas. Bisa jadi tak terjangkau.


Kebiasaan seperti itu akan membuat Anda mulai bertanya-tanya. Ada apa dengan diri Anda, kenapa banyak orang yang menawarkan hal yang tak atau belum tentu bisa Anda jangkau?


Anda hanya akan tersadar satu hal, orang masih menilai seseorang dari penampilannya. Ingat kata mutiara, yang menyebut bahwa, sepatu yang bagus akan membawamu ke tempat bagus. Hanya saja tak diberitahukan, apakah sepatu tersebut mahal atau branded atau tak seberapa harganya?

Penampilan yang menipu? Oh tidak. Penampilan tidak ada yang menipu. Tak ada. Penampilan memang penting ketika kita bepergian, karena itu adalah cara kita menghormati orang lain yang berkunjung atau mengunjungi. Anda saja yang memang piawai memadu padankan apa yang Anda kenakan dengan cantik.


Bagaimana masih bilang, penampilan yang menipu?

Apabila artikel ini bermanfaat, silakan menambah G+ dan follow @IkaMitayani dan Like Fanpage IkaMitayaniCom.

12 May, 2015

Buku Sahabat Terbaik

image



Buku adalah sahabat terbaikku. Dia tak pernah protes, tak suka nyinyir, dan tak suka mengatur. Dia selalu dalam diam ketika menemaniku.

Dia selalu diam dan pasrah saat kuletakkan di samping tempat tidur. Menahan wewangian yang tak sedap di " belakang". Mau saja berjejal dengan isi tas lain, saat bepergian. Dia juga mau saja berbagi waktu dengan anak-anakku, suamiku, pekerjaanku. Dia tahu aku akan selalu kembali padanya. Dia tak mempermasalahkanku saat aku pergi ke toko buku, membeli buku baru lagi dan lagi hingga menumpuk. Rak buku tak sanggup menampung kalian.

Buku sahabat terbaikku, saat menanti seseorang, di perjalanan, juga saat kantuk tak juga menyerang. Sampai kapan pun, aku akan tetap menganggapmu sahabat. Sahabat ketika bersedih atau bahagia. Aku tahu, denganmu aku akan baik-baik saja.

08 May, 2015

Konsumen Pintar VS Customer Service Provider yang Text Book

Customer Service adalah garda depan perusahaan memang benar. Mereka mewakili perusahaan untuk berkomunikasi langsung dengan konsumen. Namun sayang tak semua customer service baik yang berada di kantor atau layanan telpon memiliki kemampuan yang diandalkan. Kalau hanya untuk bersikap ramah dan tak diimbangi dengan penguasaan produk, untuk apa? Konsumen datang ke customer service untuk minta solusi.

Sebenarnya apa sih yang diperlukan oleh customer service?

Saya misalnya mendapat masalah ketika hendak membeli aplikasi di play store, tapi tidak bisa karena masalah di provider. Saya mencoba berulang kali tetap tak bisa. Padahal saya pernah sukses membeli novel melalui play store.

Akhirnya saya mencoba menghubungi kontak service, jawaban kurang memuaskan, karena sudah saya coba lakukan semua Hal. Akhirnya saya mengiyakan saja, dan segera tutup telepon.

Saya memutuskan untuk mendatangi kantor provider tersebut, untuk meminta bantuan. Siapa tahu saja mereka bisa memecahkan masalah dengan mudah karena langsung memegang ponsel saya. Saya musti antri terlebih dahulu dengan nomor urut hampir seratus. Lama.

Ternyata sama, customer service tak dapat berbuat banyak. Dia hanya melihat pemecahannya melalui panduan yang ada di komputermya. Saya sudah bilang kalau dulu bisa. Kenapa sekarang tidak bisa? Dia memberikan jawaban dengan sangat tidak memuaskan. Customer service tersebut menyarankan memasang chip di ponsel satu sim. Saya bilang kalau hal itu tak ada masalah. Kalau masalah kenapa dulu saya bisa? Astaga, baiklah saya memilih pulang. Saya justru terlihat tak tahu apa-apa. Saya tertawa kecut.

Sesampainya di rumah, saya mencoba lagi dan membeli provider lain, dan taraaa bisa! Padahal saya tetap menggunakan ponsel tipe dual sim. Jadi pintaran siapa? Saran saya, sebagai customer service harus juga suka utak atik, tidak hanya berdasar panduan, jangan selalu text book.

Itu kenapa saya memilih pilihan sangat tidak puas, ketika provider tersebut melakukan survey. Karena saya sangat tidak terbantu dengan customer servicenya.

18 April, 2015

Apa Guna Nomer Kursi Kereta Sriwedari?

Jpeg

Saya adalah salah satu pelanggan kereta api baik Prameks dan Sriwedari. Pasti sudah tahu kan, kalau Sriwedari menggunakan nomer kursi dan tertera di tiket?

Kenyataannya saya sering menemukan penumpang yang tidak menaati peraturan tersebut. Apalagi petugas yang memeriksa juga tidak memeriksa kesesuaian nomer kursi di tiket dengan tempat penumpang tersebut duduk sudah benar atau belum.


Nah ini yang mengecewakan untuk saya yang merupakan penumpang yang taat. Untuk apa nomer tersebut kalau petugas tidak memeriksa sampai nomer kursi, lebih baik penomeran tersebut ditiadakan saja. Apa guna nomer kursi Kereta Sriwedari?


Apakah ada yang mengalami juga? :-)

09 April, 2015

Pengangguran Berpenghasilan

Sisca anggap saja namanya itu. Dia seorang ibu berusia masih muda. Sehari-hari terlihat bersama anak sulungnya yang berusia satu tahun. Tidak ada polesan make up dan pakaian yang dikenakan juga biasa dipakai sehari-hari.

Suatu hari ada Nanda yang memiliki usaha kue, dia kewalahan karena tidak ada yang membantunya. Ditambah pekerjaan utamanya sebagai ibu dan pebisnis online. Seseorang bernama Tania pun tahu soal kelelahannya dan mengusulkan kenapa tidak menawari pekerjaan ke Sisca. Toh dia tidak ngapa-ngapain di rumah. Dia itu pengangguran tidak bekerja. Kasihan mertuanya. Masa iya, lulusan perguruan tinggi tidak bekerja, begitu pula suaminya. Nanda hanya terdiam, dia tak mengomentari info terbaru dari Tania tersebut. Hanya membalas oh berkali-kali.

Nanda tak terbiasa berkomentar apalagi dia tak tahu menahu soal Sisca. Apalagi mereka berdua hanya mengobrol sesekali, atau menegur saat berpapasan. Biasa karena pekerjaan Nanda.

Hingga suatu saat, ibunya Nanda bercerita soal orang tua Sisca yang ternyata ketua DPRD di kotanya. Tak hanya itu, Minggu pagi terparkir mobil sedan yang terbilang mewah di lapangan perumahan. Ternyata milik orang tua Sisca yang ramah. Mereka menginap hingga seminggu.
Mungkin karena sering bertemu dan mengobrol sesekali, Sisca meng-add pin bbm Nanda. Ternyata, Nanda tidak seperti yang diperbincangkan Tania. Sisca tetap bekerja. Dia mencari uang dengan berjualan online. Bukankah itu pekerjaan? Pekerjaan yang bisa dilakukan dengan mengurus anak. Hebat, karena bisa saja dia melimpahkan itu ke orang lain. Suaminya? Dia pasti juga bekerja. Mencari uang dengan cara apa pun selama halal, tetaplah bekerja. Tak melulu duduk di belakang meja dengan sepatu dan seragam.

Nanda tersenyum kecut, sepertinya orang masih banyak yang bersikap begitu. Jangan-jangan Tania dulu pernah mengira dia juga pengangguran yang hanya mengurus anak? Sama seperti dulu ada begitu banyak orang yang berpikir demikian tentangnya. Enak ya di rumah saja, tidak ngapa-ngapain. Padahal di rumah mengurus anak dan rumah itu pakai tenaga, belum pekerjaan yang juga memeras otak, dll.

Ya, kami adalah pengangguran yang berpenghasilan, ujar Nanda dalam hati, sembari meletakkan ponselnya di meja. Karena pekerjaannya telah menunggu untuk diselesaikan.

27 March, 2015

Selamat Jalan Olga Syahputra

Terkejut, itu saat mendengar kabar meninggalmu. Aku bukan orang yang kamu kenal. Namun hampir tiap hari, kamu menemani kami, menghibur kami di televisi. Meski terkadang, cara becandamu yang berbeda, sering membuat orang lain sakit hati.

Masih ingat betul saat pertama kali saya melihatmu di televisi dengan gaya perempuan yang cantik. Kamu yang masih terbilang polos, mulai diundang ke acara Dorce Show, dll. Kamu mulai menjadi presenter acara televisi. Pernah juga melihatmu diwawancara, dan masih di rumah yang sempit, tinggal bersama teman-temanmu. Berdesakan tidur di bawah berselimutkan kain lusuh. Kamu mulai cerita tentang apa aja. Sorot matamu begitu ceria dan bersemangat. Ada harapan disana. Tak lupa kamu ceritakan tentang baiknya Betrand Antolin.

Kesuksesan ternyata memang milikmu. Perjuangan itu membuahkan hasil. Kamu ada dimana-mana. Rejeki yang didapat tak lupa kamu bagi, dan tempat tinggalmu tak lagi di rumah kecil, tapi di rumah yang terbilang mewah dan serba berkecukupan. Kamu bisa memberikan kebahagiaan kepada orang tua, adik-adikmu, dan siapa pun yang mengenalmu.

Namun Alloh lebih sayang kamu, memberikan kamu sakit, untuk menggugurkan dosa, dan membuatmu semakin dekat dengan-Nya.

Aku sudah menebak sejak awal, hanya saja, cukup kusimpan dalam hati. Mendoakanmu dengan sebaris kalimat. Agar perkiraanku salah, aku ingin sekali melihatmu melucu seperti dulu.

Selamat jalan Olga Syahputra, melihat foto-fotomu, membuat aku turut bersedih. Aku yakin, sanak saudara, sahabat, kawanmu, semua sedang bersedih dengan sangat mendalam, semoga mereka diberikan ketabahan.

Kamu akan selalu dikenang Olga, dan akan selalu diingat. Bagian dari dunia hiburan, yang telah menghibur kami. Jadilah legenda, dan berbahagia di sana. Amin