a IkaMitayani: Benarkah Secar Akibat Tidak Berdoa?

07 July, 2015

Benarkah Secar Akibat Tidak Berdoa?

Benarkah Secar Akibat Tidak Berdoa?



Benarkah Secar Akibat Tidak Berdoa?

Kita tak pernah tahu, kapan akan melahirkan secar atau normal. Ada sebagian orang yang menganggap melahirkan normal adalah suatu prestise, dan memandang rendah orang lain, baik secara sadar atau tidak. Kalau melahirkan normal, akan ada rasa bangga, lalu membuat status, seolah mereka adalah pemenang dari kejuaraan. Bukan hanya itu, ada istilah, wanita sempurna itu yang melahirlkan secara normal. Ini yang sering memicu mom war, saya sendiri tidak pernah memandang rendah siapa pun. Mau dia melakukan proses normal atau secar, menurut saya sama saja, melahirkan, bertaruh nyawa.



Ambil contoh soal ASI, apabila si Ibu tidak mau memberikan ASI, atau kekurangan, sementara saya melimpah ruah, anak sampai kekenyangan, karena setiap jam, anak saya akan meminum ASI di kedua sumber yang full tank, satu habis, minum satunya, saat minum satunya, sebelahnya sudah terisi penuh lagi. Alhamdulillah kan?

Alhamdulillah, tidak lantas membuat saya jumawa, mengecilkan mereka yang berjuang mengeluarkan ASI, karena putingnya masuk ke dalam, susah keluar, tidak memberi ASI ke anak, dll. Itu adalah wilayah privasi orang lain. Mereka pasti punya alasan, dan tentunya perasaan.

Tak pernah tahukah Anda, kalau ucapan atau pernyataan bisa melukai perasaan? Mereka yang melakukan secar juga memiliki perasaan. Pernahkan meletakkan posisi Anda di tempatnya?

Apakah benar, melahirkan secar, karena dia menyakiti orang lain, tidak menjaga mulutnya? Atau karena dia tak melakukan senam hamil? Kurang jalan....
kaki? Oia, apa karena dia tidak mengurangi makannya? Kurang beribadah? Oh ektrimnya ada yang bilang, karena selama hamil pasti tak pernah beribadah dan suka menyakiti orang lain. Apakah Anda tahu, keseharian yang bersangkutan? Apakah Anda mengetahui ibadahnya? Bisa jadi ibadahnya justru lebih tinggi dari Anda. Tahu darimana? Anda Tuhan? Bukan, kan?

Lalu bagaimana kalau yang terjadi adalah, ibu hamil tersebut selalu menahan diri ketika orang-orang mengujinya, senam hamil dengan rutin, malah dia hobi jalan kaki setiap hari, berkilo-kilo, apalagi dia hobi jalan-jalan. Bisa jadi, sepanjang Malioboro sudah dia kelilingi sebanyak 20 kali.

Dia juga tak pernah lupa mengucap terima kasih saat ditolong mengucap Hamdallah, ketika mendapatkan rejeki dari Tuhan, atau meminta maaf saat salah. Atau, dia sering membantu tanpa pamrih tanpa ada yang tahu. Apa Anda tahu? Apakah Anda tahu, siapa tahu dia juga gemar bersedekah, dalam jumlah yang tak pernah Anda prediksi. Apakah Anda tahu kalau dia juga beribadah, rajin berdoa, dll? Tidak tahu bukan?


Apa pernah Anda tahu, kalau ada yang melahirkan normal, tapi mulutnya selalu menyakiti orang lain, bahkan suaminya sendiri? Bersikap semena dengan orang lain. Pernah? Saya berkali-kali menemukan ini.

Bagaimana kalau ternyata janin yang dikandung memiliki berat 4 kg lebih, dengan panjang hampir 60 cm. Terbayang tidak betapa besar dan panjangnya? Masa iya harus mengurangi makan dan minum, bagaimana dengan kondisi bayinya dong?

Bagaimana dengan kepala yang sudah di jalan lahir? Bagaimana kalau kaki bayi terjerat plasenta? Oia, lantas bagaimana mereka yang air ketubannya hampir habis? Bukankah membahayakan kalau tidak segera dilakukan tindakan medis? Apakah ini karena mereka sering melakukan dosa? Berarti Anda suci sekali.

Benarkah, wanita yang melakukan secar, adalah wanita tak sempurna? Sudut pandang apa ini? Bukankah bisa melahirkan anak dengan selamat, dari rahimnya, buah kasih dengan suami, adalah sempurna? Memiliki anak, adalah salah satu tingkat lebih tinggi seorang wanita, karena, bisa mendapat kesempatan mendedikasikan ilmu kepandaian dalam merawat dan mendidik anak-anak.

Secar adalah jalan pintas? Astaga, pikiran dari mana ini? Sebelum operasi, ibu hamil akan dipasang selang di beberapa tempat, dipasang kateter, diambil sampel darahnya, beberapa hari sebelumnya sudah disediakan darah sesuai miliknya. Menunggu giliran di tempat tidur, lalu didorong, rasanya detik demi detik melambat berputar. Mereka belum tentu ditemani siapa saja, berada di atas tempat tidur roda, dan diletakkan di depan pintu ruang operasi, sendirian, menunggu persiapan di dalam selesai.

Setelah disuntik bius sebagian, tubuh terasa kaku dan kulit menebal, kesemutan. Mereka harus merasa takut, tak tahu, apa yang terjadi beberapa menit ke depan. Berapa jam memulihkan kondisi seusai operasi, agar biusnya cepat hilang, jaman sekarang canggih, satu jam, efek bius yang kuat sudah hilang (ternyata tidak semua cepat pemulihannya), tinggal pemulihan, berupa makan setelah puasa beberapa jam. Latihan untuk duduk, berjalan selangkah demi selangkah. Menahan sakit di perut. Kesulitan ketika mandi. Pemulihan yang cepat tergantung motivasi yang bersangkutan. Kadang anak bisa menjadi obat, saat menyusui, sehingga tanpa sadar, sudah bisa miring ke kanan atau ke kiri, dll.

Apa masih bilang itu jalan pintas?



Ibu hamil tersebut kurang doa, bahkan tak beribadah? Oh Anda salah, banyak sekali ibu hamil yang mendekat kepada Alloh, beribadah rutin, mengaji, berdzikir, dll. Bahkan mereka ini juga mengenakan gamis dengan hijab mengulur menutupi dadanya. Apa pernah Anda berpikir sejauh itu? Kenapa harus berasumsi, bahwa ibu hamil yang melahirkan secara secar karena hal negatif yang Anda lontarkan tersebut?

Normal atau Secar bukan semacam lomba yang harus diperebutkan, untuk mendapatkan siapa yang akan menjadi pemenang. Oh, jangan-jangan, Anda berpikir Normal adalah pemenangnya, lantas Secar adalah semacam aib dan menjijikkan yang pantas dihindari, lantas pantas dihinakan dan direndahkan melalui statement yang bisa diketahui arahnya kemana.

Mengapa begitu bangga saat melahirkan normal? Kalau secar juga sama, bertaruh nyawa. Anda pikir dengan mereka yang melahirkan secar, memasrahkan diri di meja operasi, itu akan selalu berhasil? Tidak. Sama seperti normal. Mereka juga bertaruh nyawa, mempertaruhkannya di tangan dokter, dan menanti apa yang digariskan Tuhan terhadap mereka. Banyak kejadian yang tak diinginkan di meja operasi. Entah karena darah yang memiliki keunikan mudah menggumpal. Ada yang apabila darah terkena udara akan mengakibatkan hal yang bisa fatal untuk ibu, dll.


Mulut berdzikir terus dalam keadaan setengah sadar, memikirkan bagaimana anak-anak, kalau terjadi hal buruk. Siapa yang merawat mereka, kalau ada sesuatu dengannya.

Bersyukurlah bagi mereka yang melahirkan secara secar, ada penelitian ilmiah yang menemukan fakta, putra putri terlahir secar adalah anak yang cerdas, dikarenakan kepala mereka tidak terjepit saat keluar. Kapan-kapan saya akan share soal ini, secara detil.

Kita tak pernah tahu, jalan melahirkan apa yang akan dijalani. Secar atau normal adalah cara seorang wanita melahirkan buah hati. Secar dan normal, sama-sama bertaruh nyawa, yang penting semua selamat, ibu dan bayi. Jadi, tolong berhentilah, seolah ibu yang melahirkan secara secar tidak sempurna dan tidak pernah berdoa/beribadah, dll.

No comments:

Post a Comment