a IkaMitayani: FIKSI
Showing posts with label FIKSI. Show all posts
Showing posts with label FIKSI. Show all posts

26 June, 2015

Ketika Pelukan Tak Lagi Kubutuhkan

image
Ketika Pelukan Tak Lagi Kubutuhkan

Fiksi Ketika Pelukan Tak Lagi Kubutuhkan

Rasanya aku tak pantas dilakukan begitu buruk oleh orang-orang itu. Aku masih punya harga diri, dari sekedar hinaan, caci maki, juga tuduhan tak berdasar.

Sudah cukup menahan diri, tak peduli siapa, apa urusannya, selama melecehkan akan aku lawan. Tak mau memikirkan perasaan seseorang lagi, dan aku tak mau lagi, jadi orang yang jadi mengingat luka yang mereka sematkan dengan rasa perih. Itu jelas bukan aku. Aku menjadi orang lain.

Aku akan menjadi diriku seperti yang dulu, bebas tanpa tekanan. Aku orang yang akan melawan setiap ada ketidakadilan terjadi padaku, dari orang-orang yang jumawa. Sekali ada yang menghinaku, akan aku lawan sampai habis.

image



Sepertinya Tuhan juga tak membiarkan diriku sendiri menanggungnya, satu per satu, mereka pun mendapatkan atau sudah mendapatkan pedihnya melebihi sakitku sekarang. Hidup ini memang terasa tak adil buatku. Sangat tak adil.

image



Ah, bahu dan pelukan tak kuperlukan, aku hanya butuh keadilan atas apa yang aku dapatkan. Luka ini
sudah menganga begitu dalam, jadi biarkan tangisku sekarang jadi obatku sekarang, dan jadi pendukung betapa ampuhnya kekuatan ucapanku yang akan menghancurkan kalian satu per satu, pelan pelan.

Kalian tak akan bisa membayangkan betapa mengerikan ketika ucapanku sudah terlontar, dan menghampiri kalian para pesakitan.

Aku orang yang selama ini selalu menahan uca
panku yang mengerikan, sekarang, kukirim secara masal. Ucapan bukan mantra, bukan doa buruk.

Aku hanya ingin keadilan atas apa yang aku dera akibat ulah kalian. Sekarang, aku cukup menyibukkan diri untuk hidup, dan semoga Tuhan mengijinkanku melihat kalian menyedihkan.

image



Aku juga manusia..........

Aku juga ingin memiliki harga diri.....

Kelak, Tuhan akan membalas perih yang kutanggung sekarang berlipat ganda pada kalian.

Aku ingin punya harga diri, dan janjiku mulai sekarang, akan aku lawan, siapa pun kalian, tak peduli siapa kalian.

image



Aku sudah lelah dan jenuh.....

Evernote Medio 2015

27 March, 2015

Tumpul

Sudah lama, jemariku kelu tak bisa bergerak saat hendak merangkai sebaris kata.

Kata yang sudah berjajar rapi di kepala juga seperti ada yang menghadang.

Hasilnya, aku hanya bisa gusar melihat layar kosong tanpa aksara satu pun.

Astaga.....

Terlampau Sendiri

Tak perlu bermacam warna saat kamu ingin membahagiakanku.

Beri saja warna yang akan membuatku terlihat semakin menarik hingga tak akan kamu lepaskan.

Anggap saja warna yang kamu tawarkan bisa menutup masa laluku hingga tak berjejak.

Beri aku satu warna saja, cukup satu warna yang selalu membuatku tak akan melangut

Mampukah kamu?

Mungkin aku terlampau ingin sendiri.....hingga memberimu syarat yang akan sulit kamu penuhi...

Melepasmu

Melepas adalah kata tersulit, saat dia selalu hadir dalam tawa juga murungmu..

Melepasmu, terkadang sulit, sangat sulit, dan bisa juga mudah. Tergantung seberapa dia telah membuatmu terkesan mendalam.

Melepasmu, tak bisa dalam sekajap untuk dilupa. Bisa saja, akan ingat selamanya. Atau menganggap kamu hanya manusia lain yang datang dan pergi di pemberhentian kereta.

Melepasmu, akan menjadi penawar ketika kamu bahagia dengan yang lainnya.

Melepasmu, kata termudah, saat  bisa melalui fase tersulit melupakannya....

Terjebak Masa Lalu

Terkadang, ada perasaan tak kuketahui namanya, menelusup, mengobrak-abrik ruang penyimpanan kenangan. Kenangan yang datanya sudah kuberi kata kunci yang paling sulit untuk diingat, dengan mudahnya diterobos.

Mungkin, berteman dengan masa lalu, bisa membuatmu pulih dari rasa sakit.

Mungkin berteman dengan masa lalu, juga bisa menghisapmu masuk ke kubangan yang tak ingin kamu lupa.

Masa lalu, dengan apa memusnahkanmu hingga tanpa ada jejak?

Atau

Aku harus terus berteman, untuk membuang luka darimu?

04 February, 2015

Mantan Terindah

Mantan Terindah adalah Kamu....

Tak pernah sekali pun aku berpikir akan bertemu denganmu....

Seseorang yang telah diam-diam menyukaiku dari kejauhan....

Mantan terindah adalah Kamu....

Kamu lelaki dengan cinta yang kurasa tak bisa diukur oleh apa pun....

Kamu lelaki yang tak akan pernah meninggalkanku....

Kamu lelaki yang tak pernah berhenti melantunkan pujian untuk membuatku tersenyum....

Kamu juga lelaki yang tak pernah berhenti mendukungku....

Kamu lelaki yang tak pernah berhenti meyakinkan aku, dan mengingatkan ketika langkah berbelok arah....

Aku merasa sangat beruntung, Tuhan mempertemukan kita. Pertemuan di sore itu.


Kamu yang datang dari kejauhan, menungguku. Kita berbincang dan terus berbicara, hingga waktu menjelang malam.


Kamu, yang tak pernah mempedulikan sakitmu, namun datang menemuiku hingga pulih.

Kamu yang bisa membuatku tertawa lepas....


Ah, kamu, tak bisa kukatakan apa pun. Bahkan menceritakanmu dengan baik saja, aku kesulitan.

Kemampuanku mulai tumpul. Bibirku kelu. Kebaikanmu justru tergambar sempurna di hati dan ingatanku.

Kamu adalah mantan terindah yang menjadikanku pelabuhan hatimu yang terakhir.

Kamu adalah mantan terindah yang telah menjadi suami dan ayah yang begitu hebat.

Kamu adalah lelakiku. Lelaki terbaik yang pernah aku kenal sepanjang hidupku.


Kamu.... Ya kamu, David Andafaradi. I love you so much....kemarin, sekarang dan nanti.

Selama denganmu, aku tidak sekali pun meragukanmu. Aku selalu percaya denganmu. Terima kasih telah mencintaku dengan sangat sempurna....


I love you i love you i love you....

Apabila artikel ini bermanfaat, silakan menambah G+ dan follow @IkaMitayani dan Like Fanpage IkaMitayaniCom.

31 May, 2014

Luka Itu Disini

Luka. Akan kuarahkan dimana letak luka itu. Ini, disini. Menganga jauh lebih lebar dan dalam. Berapa waktu telah kuhabiskan untuk menyembuhkannya. Namun kali ini, justru semakin luka itu semakin tak terkendali. Harusnya kamu paham itu. Aku berjuang meyakinkan diri, dengan melepas bayang-bayang ketakutanku. Berjuang melupakan mantan kekasihku saja butuh bertahun-tahun, melupakan lelaki bejat yang katanya ayahku saja sudah tak keruan. Aku melewatkan demikian banyak lelaki yang jauh lebih tampan, lebih kaya, lebih baik, dan sangat baik memperlakukanku. Mereka juga sangat taat beragama, tidak sepertimu.

Aku pikir, bahwa kamu berbeda, sangat berbeda. Aku pikir kamu akan mencintaku, dan akan memperlakukanku dengan baik. Aku salah sangat salah.

Aku akan mengingat hari ini. Dimana kamu melukaiku. Mencaciku dengan kata BAJINGAN. Ya, aku ini adalah BAJINGAN. Semua meluncur dari mulutmu.

Mereka, itu kata jamak, berarti banyak. Sementara kamu mengabaikanku. Wanita mana yang tak akan luka melihat, bahkan bisa mencerna dengan baik. Kamu yang aku percaya, menuduhku, kamu tak leluasa.

Kamu salah...

Aku mempercayaimu, ku membebaskanmu, apa pun yang kamu lakukan. Apa kamu tak ingat? Apa kamu memang tak tahu? Aku tak pernah bertanya, mencecar tiap detik untuk tahu. Asal kamu sudah mengatakan, aku sudah percaya. Atau kamu telah berbohong ketika itu?

Setelah semua yang terjadi, apa bisa hanya dengan kata MAAF? Dengan mudahnya setelah mencaciku, memukulku, kamu bilang minta maaf kepadaku. Kamu gila?


Kamu tak pernah memujiku, bahkan ketika aku bertanya atau mengatakannya. Kamu, justru mengatakan itu ke wanita-wanita lain. Kamu justru mencacatku. Apa saja.

Coba saja letakkan kamu berada di posisiku, tentu kamu akan memahami. Coba kalau itu aku, pasti kamu akan marah, aku ingat jelas. Kondisinya berbeda, aku tak menanggapi mereka. Tidak seperti kamu, yang saling membalas pujian, selalu memperhatikan status, mengomentari, dll. Sementara kamu seolah tak menganggap keberadaanku. Sama sekali.

Aku wanita yang bisa saja menikah dengan lelaki mana saja yang sangat mencintaku, kaya raya, bermasa depan cerah, yang mengejar-ngejarku, bahkan ketika aku sudah denganmu. Tetap mau menunggu, padahal aku tak pernah meminta atau tahu itu. Bagaimana denganmu? Kamu justru menyia-nyiakanku. Kamu justru tidak bersyukur dengan wanita yang bisa menerimamu apa adanya. Yang mau hidup susah. Yang mau denganmu. Coba pikir, bagaimana dengan wanita-wanita yang kau bilang cantik. Aku tidak yakin mereka mau. Mereka tentu memilih lelaki kaya. Yang mampu memberikan mereka harta.

Kamu telah salah besar. Sekarang aku terluka. Kamu, aku salah mengira tentangmu. Aku pikir hidup dengan lelaki yang belum punya apa-apa, dan memulai kesuksesan bersama, akan membuatku bahagia. Ternyata tidak. Kamu telah menyalahgunakan kepercayaanku.

Memahami Kecewaku #Fiksi

Kali ini ada yang berbeda, dan aku tak bisa menikmatinya. Entah. Kenapa bisa begini?

Seharusnya ini akan menyenangkan, tapi tidak. Aku berusaha membuat diriku nyaman dan bisa mencapainya. Justru semakin dalam aku merasa berbeda.

Kali ini berbeda, karena aku tidak nyaman dengan diriku. Aku merasa bahwa apa yang kumiliki tidak menarik. Buktinya kau enggan mengatakannya. Bahkan saat aku minta atau tanya. Alasanmu, karena semua orang telah mengatakan aku menarik dan cantik.

Padahal setiap kali aku mewarnai wajahku, mengenakan kain yang indah, tujuanku hanya satu.... Untuk kamu. Lalu untuk apa lagi, kalau kamu justru memberikan kata-kata manis untuk orang lain?

Bukan... ini bukan cemburu. Kamu harus membedakannya. Kamu sungguh mengecewakan. Masih ingat kamu? Saat dulu ada lelaki yang meneleponku? Lalu saat ada pesan singkat masuk? Aku tak pernah menggubrisnya, dan tak meladeni dengan mengatakan, mereka tampan, berbalas kata mesra, dll. Tidak, tidak pernah. Sama sekali tidak. Aku bahkan tidak pernah berteman dengan lelaki. Alasannya, untuk menjaga hatimu. Apa yang aku dapat sekarang!


Aku bisa jadi tidak semenarik yang berkeliaran di luar, mengenakan kain penutup ala kadarnya, asal paha, dada, dan perut tersingkap. Memakai polesan tebal. Demi menarik tatapan bejat hidung belang. Bagaimana bisa, justru kamu memperhatikan setiap polahnya. Mengabaikanku. Mungkin, kamu menganggap bahwa aku adalah patung. Sesuatu yang biasa, meski telah berusaha menjadi menarik. Tak peduli, kalau aku mau, akan berderet orang yang akan mencintaku.

Apa seleramu sebenarnya seperti itu? Hanya saja, kamu tak memiliki yang tipe itu butuhkan? Kamu tak cukup uang. Bahkan untuk mencukupi selalu kurang. Untuk itu kamu memilih aku. Orang yang bisa kamu ajak susah. Orang yang justru kau abaikan perasaannya.


Kali ini jelas berbeda, saat aku menyadari, bahwa kamu tak ada bedanya. Apa aku salah memilihmu. Selamat bersenang-senang.

Kali ini memang sangat berbeda....


#Fiksi

Aku ini BAJINGAN

Terima kasih telah memanggilku BAJINGAN. Terima kasih atas pelakuanmu selama inii.

Kekasih Kayalan

Aku selalu mencarimu. Apakah kamu mengetahuinya? Atau berpura-pura tak tahu sama sekali. Padahal, aku selalu sengaja membuat tanda, agar kamu mengerti.

Apa kamu bodoh? Menutup mata akan kehadiranku? Entahlah, lagi pula sesuatu yang kasat mata, tak nampak olehmu, memabukkanku. Cukup! Berhenti memperhatikanku. Sementara kamu juga mengabaikan perasaanku.

Berhenti pula, untuk selalu ada disetiap aku melangkah. Kamu selalu mengiringiku. Aku tak pernah mendengar kamu akan mengeluh, lelah. Tak pernah. Bahkan saat aku terduduk karena tak sanggup melakukan apa pun. Patah semangat, hingga tak mampu berdiri. Kamu akan menghentikan langkahmu dan mulai membopongku. Hangat dan nyaman. Itu yang kurasakan saat berada dipunggungmu. Aku akan mengeratkan pelukanku, tak peduli kamu akan memintaku melepaskan.


Aku lalu berceloteh panjang lebar, tanpa kamu tanya sekali pun. Begitulah, kamu akan mendengarkanku. Selalu. Meski tahu itu cerita yang sama. Kamu tak peduli. Itu kamu lakukan untuk menyenangkan hatiku. Astaga, terbuat dari apa kamu?


Aku tak bisa mengeluarkan serapah, karena, karena, sebentar. Tunggu sebentar. Ya ampun, semakin kucari, semakin,,,, sempurnanya kamu.

Tunggu jangan pandang aku seperti itu. Aku tak bisa membalas tatapanmu. Aku tak bisa menggambarkan bagaimana tatapanmu menusuk mata hingga ke jantung. Dia akan memompa jauh lebih keras. Herannya, aku semakin menikmatinya.

Sesekali kamu akan mengeluarkan humor yang akan membuatku tergelak secara normal. Ya, aku akan terbahak-bahak. Ya Tuhan, terbuat apa kamu?

Sering aku berpikir, Tuhan telah curang dalam menciptakanmu. Mampu membuatku terbang ke awan, dan tetap disana. Kamu tak pernah melukai hatiku. Kamu bilang aku sangat istimewa. Wanita ini selalu kau katakan mempesona. Kamu akan mengurai rambutku yang sebahu, menatapku dalam, dan " Astaga, kenapa kamu begitu cantik?"

Aku terkesiap mendengarnya, sementara bayanganmu mulai pupus......

Memahami Kecewaku #Fiksi

Kali ini ada yang berbeda, dan aku tak bisa menikmatinya. Entah. Kenapa bisa begini?

Seharusnya ini akan menyenangkan, tapi tidak. Aku berusaha membuat diriku nyaman dan bisa mencapainya. Justru semakin dalam aku merasa berbeda.

Kali ini berbeda, karena aku tidak nyaman dengan diriku. Aku merasa bahwa apa yang kumiliki tidak menarik. Buktinya kau enggan mengatakannya. Bahkan saat aku minta atau tanya. Alasanmu, karena semua orang telah mengatakan aku menarik dan cantik.

Padahal setiap kali aku mewarnai wajahku, mengenakan kain yang indah, tujuanku hanya satu.... Untuk kamu. Lalu untuk apa lagi, kalau kamu justru memberikan kata-kata manis untuk orang lain?

Bukan... ini bukan cemburu. Kamu harus membedakannya. Kamu sungguh mengecewakan. Masih ingat kamu? Saat dulu ada lelaki yang meneleponku? Lalu saat ada pesan singkat masuk? Aku tak pernah menggubrisnya, dan tak meladeni dengan mengatakan, mereka tampan, berbalas kata mesra, dll. Tidak, tidak pernah. Sama sekali tidak. Aku bahkan tidak pernah berteman dengan lelaki. Alasannya, untuk menjaga hatimu. Apa yang aku dapat sekarang!


Aku bisa jadi tidak semenarik yang berkeliaran di luar, mengenakan kain penutup ala kadarnya, asal paha, dada, dan perut tersingkap. Memakai polesan tebal. Demi menarik tatapan bejat hidung belang. Bagaimana bisa, justru kamu memperhatikan setiap polahnya. Mengabaikanku. Mungkin, kamu menganggap bahwa aku adalah patung. Sesuatu yang biasa, meski telah berusaha menjadi menarik. Tak peduli, kalau aku mau, akan berderet orang yang akan mencintaku.

Apa seleramu sebenarnya seperti itu? Hanya saja, kamu tak memiliki yang tipe itu butuhkan? Kamu tak cukup uang. Bahkan untuk mencukupi selalu kurang. Untuk itu kamu memilih aku. Orang yang bisa kamu ajak susah. Orang yang justru kau abaikan perasaannya.


Kali ini jelas berbeda, saat aku menyadari, bahwa kamu tak ada bedanya. Apa aku salah memilihmu. Selamat bersenang-senang.

Kali ini memang sangat berbeda....


#Fiksi

Kekasih Kayalan

Aku selalu mencarimu. Apakah kamu mengetahuinya? Atau berpura-pura tak tahu sama sekali. Padahal, aku selalu sengaja membuat tanda, agar kamu mengerti.

Apa kamu bodoh? Menutup mata akan kehadiranku? Entahlah, lagi pula sesuatu yang kasat mata, tak nampak olehmu, memabukkanku. Cukup! Berhenti memperhatikanku. Sementara kamu juga mengabaikan perasaanku.

Berhenti pula, untuk selalu ada disetiap aku melangkah. Kamu selalu mengiringiku. Aku tak pernah mendengar kamu akan mengeluh, lelah. Tak pernah. Bahkan saat aku terduduk karena tak sanggup melakukan apa pun. Patah semangat, hingga tak mampu berdiri. Kamu akan menghentikan langkahmu dan mulai membopongku. Hangat dan nyaman. Itu yang kurasakan saat berada dipunggungmu. Aku akan mengeratkan pelukanku, tak peduli kamu akan memintaku melepaskan.


Aku lalu berceloteh panjang lebar, tanpa kamu tanya sekali pun. Begitulah, kamu akan mendengarkanku. Selalu. Meski tahu itu cerita yang sama. Kamu tak peduli. Itu kamu lakukan untuk menyenangkan hatiku. Astaga, terbuat dari apa kamu?


Aku tak bisa mengeluarkan serapah, karena, karena, sebentar. Tunggu sebentar. Ya ampun, semakin kucari, semakin,,,, sempurnanya kamu.

Tunggu jangan pandang aku seperti itu. Aku tak bisa membalas tatapanmu. Aku tak bisa menggambarkan bagaimana tatapanmu menusuk mata hingga ke jantung. Dia akan memompa jauh lebih keras. Herannya, aku semakin menikmatinya.

Sesekali kamu akan mengeluarkan humor yang akan membuatku tergelak secara normal. Ya, aku akan terbahak-bahak. Ya Tuhan, terbuat apa kamu?

Sering aku berpikir, Tuhan telah curang dalam menciptakanmu. Mampu membuatku terbang ke awan, dan tetap disana. Kamu tak pernah melukai hatiku. Kamu bilang aku sangat istimewa. Wanita ini selalu kau katakan mempesona. Kamu akan mengurai rambutku yang sebahu, menatapku dalam, dan " Astaga, kenapa kamu begitu cantik?"

Aku terkesiap mendengarnya, sementara bayanganmu mulai pupus......

25 May, 2014

Mendengarmu

Aku berkali-kali memukul kepala dengan telepon genggamku. Astaga mana bisa salah sambung? Kulihat kembali nomor telepon yang baru saja aku hubungi. Salah angka di digit terakhir. Pantas saja kalau begitu.


Aku seharusnya menghubungi Putri.sepupuku. Ayahnya adalah pamanku, yang menikah dengan orang Yogya. Rumah mereka dekat dengan pantai. Aku ingin libur sementara waktu. Kudengar dari sepupuku itu, pantai di Yogya sungguh eksotis. Tak salahnya melihat.


Ehm, suara perempuan salah sambung tadi, lembut dan mengalun, saat menjawab teleponku. Mataku menerawang ke langit kamar yang berantakan akibat persiapan pergi ke Yogya.


Aku kembali menimang telepon dan sesekali melihat nomer salah sambung. Keinginanku mendengar suaranya jauh kebih besar dari apapun. Argh. Ini tak benar. Tetap saja aku menekan tombol panggil.


Segera telepon genggam kutempelkan di telinga dan......


Aku mengajak bertemu dengan orang asing. Astaga. Bagaimana ini. Bodoh benar, bagaimana kalau dia bukan orang baik?

Cinta Pada Pendengaran Pertama

" Hallo, Putri. Can I meet you next week in Jogja?"

Aku membelalakkan mata. Telepon ini dari siapa. Dengan gerak cepat, aku melihat nomor asing yang tertera di log panggilan. Suaranya begitu berat. Orang itu terus bicara tanpa sadar, bahwa dia telah keliru noner tujuan. Dia meminta untuk menjemputnya di bandara. Lelaki ini juga bilang kalau akan libur selama seminggu di sini.

" Hallo.... hallo, can you hear me?"

Suara itu kembali memanggil.

" Sorry, I  am not Putri, but I am stay in Yogya." kataku kemudian. Suara itu terdiam beberapa saat.

" I am sorry. What is your name?"

" I am Zaskia....and...."

" Thank you....."

Tuttt....

Ah telepon salah sambung. Bahasa Inggris pula. Siapa ya yang menelepon? Sepertinya penting.

-----

Telepon berbunyi lagi. Nomor asing. Aku sengaja tak mengangkatnya. Namun telepon itu terus berdering, membuatku jengah.

" Hallo."

" Hai, ehm Zaskia?"

" Ya....."

" Can I meet you next week in Yogya?"

"…………"

" I am not a bad boy. I promise."

Aku tertegun, bahkan tak menyadari apa yang terjadi.

Tuuutt....

------

Rindu Yang Tak Bisa Kau Hitung

Aku terkejut, saat aku melihatmu pagi ini. Mengenakan atasan berwarna putih dipadupadankan dengan celana kain berwarna coklat. Sepatu yang kau pakai juga senada dengan warna celana. Kau pandai sekali memadu warna.


Kau berdiri tepat di depanku. Kapan kau datang? Kenapa tak menghubungiku terlebih dulu? Kau hanya tersenyum. Rindu. Itu katamu.


" Aku tak bisa berlama-lama, sementara kamu ada disini."


Kali ini pipiku merona merah jambu, bagiku itu kalimat maut darimu. Mengingat jarang sekali kau mengucapkan banyak kata.


" Bukankah jadwalmu padat? Bagaimana dengan serialmu? " tanyaku kemudian.


" Kenapa harus menanyakan itu? Bukankah kamu rindu juga?" kau mengedipkan mata.


" Masuklah dulu, aku akan buatkan teh kesukaanmu."


Tanganmu lantas menggenggamku. " Kamu tak merasa sama?"


" Aku memiliki rindu yang tak akan bisa kamu hitung."


Senyummu melebar dan matamu selalu menyipit, saat mendengar uraianku. Ya nemang benar, rinduku jauh lebih banyak darinya. Itu pasti. Kesibukanya jauh melebihi waktuku. Tentu akan ada banyak waktu untuk melupakanku, dibanding dia diam saja. Sementara aku justru memiliki waktu untuk mengingatnya.


---

Hati Yang Terpisah

Kau sedang apa disana? Itu pikiranku saat sedang sendiri. Apakah jadwal yang kau miliki begitu padat? Kau disana dan aku disini, dalam tempat yang berbeda. Aku hanya bisa melihatmu di kotak hidup itu, tiap kau akan muncul disana menuntaskan kerinduanku.

Tentu kesibukanmu begitu menyita waktu. Entah apa kegiatanmu sehari-hari. Bahkan tahu-tahu kamu akan terbang di negara lain yang begitu jauh dari tempatmu. Menyapa orang yang mengelukanmu.

Kalau kau menanyakan apa yang aku lakukan. Aku akan menjawab, hanya memikirkanmu sembari mengerjakan pekerjaanku.

Terkadang timbul pertanyaan, akankah kita  bertemu? Memuaskan memandangmu dari jarak yang begitu dekat. Menghabiskan waktu hanya berdua saja, di suatu tempat yang hanya kita berdua yang tahu. Atau ajaklah aku ke tempat kelahiranmu, menikmati udara pagi di pinggir pantai, memesan ikan yang paling segar dan memasaknya untukmu.

Kau adalah bintang di tiap hati yang menyukaimu. Tapi bagiku kau adalah segalanya, seseorang yang istimewa. Tanpa kau tahu, kamu memberiku semangat, bahwa suatu hari kita akan bertemu. Luangkan waktu untukku saja. Meski itu hanya satu hari. Atau mungkin, kau akan nemberiku hidupmu? Bersamaku?

Kau, sedang apa disana? Apa yang kau lakukan hari ini, pukul 15.14 WIB, di negaramu. Negara yang memiliki ibu kota begitu luas dan modern. Adakah kau erselip disana. Akankah aku akan melihatmu di depanku. Berdiri di hadapanku dengan senyummu yang manis itu.

Mendengarmu

Aku berkali-kali memukul kepala dengan telepon genggamku. Astaga mana bisa salah sambung? Kulihat kembali nomor telepon yang baru saja aku hubungi. Salah angka di digit terakhir. Pantas saja kalau begitu.

Aku seharusnya menghubungi Putri.sepupuku. Ayahnya adalah pamanku, yang menikah dengan orang Yogya. Rumah mereka dekat dengan pantai. Aku ingin libur sementara waktu. Kudengar dari sepupuku itu, pantai di Yogya sungguh eksotis. Tak salahnya melihat.

Ehm, suara perempuan salah sambung tadi, lembut dan mengalun, saat menjawab teleponku. Mataku menerawang ke langit kamar yang berantakan akibat persiapan pergi ke Yogya.

Aku kembali menimang telepon dan sesekali melihat nomer salah sambung. Keinginanku mendengar suaranya jauh kebih besar dari apapun. Argh. Ini tak benar. Tetap saja aku menekan tombol panggil.

Segera telepon genggam kutempelkan di telinga dan......

Aku mengajak bertemu dengan orang asing. Astaga. Bagaimana ini. Bodoh benar, bagaimana kalau dia bukan orang baik?

Cinta Pada Pendengaran Pertama

" Hallo, Putri. Can I meet you next week in Jogja?"

Aku membelalakkan mata. Telepon ini dari siapa. Dengan gerak cepat, aku melihat nomor asing yang tertera di log panggilan. Suaranya begitu berat. Orang itu terus bicara tanpa sadar, bahwa dia telah keliru noner tujuan. Dia meminta untuk menjemputnya di bandara. Lelaki ini juga bilang kalau akan libur selama seminggu di sini.

" Hallo.... hallo, can you hear me?"

Suara itu kembali memanggil.

" Sorry, I  am not Putri, but I am stay in Yogya." kataku kemudian. Suara itu terdiam beberapa saat.

" I am sorry. What is your name?"

" I am Zaskia....and...."

" Thank you....."

Tuttt....

Ah telepon salah sambung. Bahasa Inggris pula. Siapa ya yang menelepon? Sepertinya penting.

-----

Telepon berbunyi lagi. Nomor asing. Aku sengaja tak mengangkatnya. Namun telepon itu terus berdering, membuatku jengah.

" Hallo."

" Hai, ehm Zaskia?"

" Ya....."

" Can I meet you next week in Yogya?"

"…………"

" I am not a bad boy. I promise."

Aku tertegun, bahkan tak menyadari apa yang terjadi.

Tuuutt....

------

Rindu Yang Tak Bisa Kau Hitung

Aku terkejut, saat aku melihatmu pagi ini. Mengenakan atasan berwarna putih dipadupadankan dengan celana kain berwarna coklat. Sepatu yang kau pakai juga senada dengan warna celana. Kau pandai sekali memadu warna.

Kau berdiri tepat di depanku. Kapan kau datang? Kenapa tak menghubungiku terlebih dulu? Kau hanya tersenyum. Rindu. Itu katamu.

" Aku tak bisa berlama-lama, sementara kamu ada disini."

Kali ini pipiku merona merah jambu, bagiku itu kalimat maut darimu. Mengingat jarang sekali kau mengucapkan banyak kata.

" Bukankah jadwalmu padat? Bagaimana dengan serialmu? " tanyaku kemudian.

" Kenapa harus menanyakan itu? Bukankah kamu rindu juga?" kau mengedipkan mata.

" Masuklah dulu, aku akan buatkan teh kesukaanmu."

Tanganmu lantas menggenggamku. " Kamu tak merasa sama?"

" Aku memiliki rindu yang tak akan bisa kamu hitung."

Senyummu melebar dan matamu selalu menyipit, saat mendengar uraianku. Ya nemang benar, rinduku jauh lebih banyak darinya. Itu pasti. Kesibukanya jauh melebihi waktuku. Tentu akan ada banyak waktu untuk melupakanku, dibanding dia diam saja. Sementara aku justru memiliki waktu untuk mengingatnya.

---

Hati Yang Terpisah

Kau sedang apa disana? Itu pikiranku saat sedang sendiri. Apakah jadwal yang kau miliki begitu padat? Kau disana dan aku disini, dalam tempat yang berbeda. Aku hanya bisa melihatmu di kotak hidup itu, tiap kau akan muncul disana menuntaskan kerinduanku.

Tentu kesibukanmu begitu menyita waktu. Entah apa kegiatanmu sehari-hari. Bahkan tahu-tahu kamu akan terbang di negara lain yang begitu jauh dari tempatmu. Menyapa orang yang mengelukanmu.

Kalau kau menanyakan apa yang aku lakukan. Aku akan menjawab, hanya memikirkanmu sembari mengerjakan pekerjaanku.

Terkadang timbul pertanyaan, akankah kita  bertemu? Memuaskan memandangmu dari jarak yang begitu dekat. Menghabiskan waktu hanya berdua saja, di suatu tempat yang hanya kita berdua yang tahu. Atau ajaklah aku ke tempat kelahiranmu, menikmati udara pagi di pinggir pantai, memesan ikan yang paling segar dan memasaknya untukmu.

Kau adalah bintang di tiap hati yang menyukaimu. Tapi bagiku kau adalah segalanya, seseorang yang istimewa. Tanpa kau tahu, kamu memberiku semangat, bahwa suatu hari kita akan bertemu. Luangkan waktu untukku saja. Meski itu hanya satu hari. Atau mungkin, kau akan nemberiku hidupmu? Bersamaku?

Kau, sedang apa disana? Apa yang kau lakukan hari ini, pukul 15.14 WIB, di negaramu. Negara yang memiliki ibu kota begitu luas dan modern. Adakah kau erselip disana. Akankah aku akan melihatmu di depanku. Berdiri di hadapanku dengan senyummu yang manis itu.