Ketika Pelukan Tak Lagi Kubutuhkan |
Fiksi Ketika Pelukan Tak Lagi Kubutuhkan
Rasanya aku tak pantas dilakukan begitu buruk oleh orang-orang itu. Aku masih punya harga diri, dari sekedar hinaan, caci maki, juga tuduhan tak berdasar.
Sudah cukup menahan diri, tak peduli siapa, apa urusannya, selama melecehkan akan aku lawan. Tak mau memikirkan perasaan seseorang lagi, dan aku tak mau lagi, jadi orang yang jadi mengingat luka yang mereka sematkan dengan rasa perih. Itu jelas bukan aku. Aku menjadi orang lain.
Aku akan menjadi diriku seperti yang dulu, bebas tanpa tekanan. Aku orang yang akan melawan setiap ada ketidakadilan terjadi padaku, dari orang-orang yang jumawa. Sekali ada yang menghinaku, akan aku lawan sampai habis.
Sepertinya Tuhan juga tak membiarkan diriku sendiri menanggungnya, satu per satu, mereka pun mendapatkan atau sudah mendapatkan pedihnya melebihi sakitku sekarang. Hidup ini memang terasa tak adil buatku. Sangat tak adil.
Ah, bahu dan pelukan tak kuperlukan, aku hanya butuh keadilan atas apa yang aku dapatkan. Luka ini
sudah menganga begitu dalam, jadi biarkan tangisku sekarang jadi obatku sekarang, dan jadi pendukung betapa ampuhnya kekuatan ucapanku yang akan menghancurkan kalian satu per satu, pelan pelan.
Kalian tak akan bisa membayangkan betapa mengerikan ketika ucapanku sudah terlontar, dan menghampiri kalian para pesakitan.
Aku orang yang selama ini selalu menahan uca
panku yang mengerikan, sekarang, kukirim secara masal. Ucapan bukan mantra, bukan doa buruk.
Aku hanya ingin keadilan atas apa yang aku dera akibat ulah kalian. Sekarang, aku cukup menyibukkan diri untuk hidup, dan semoga Tuhan mengijinkanku melihat kalian menyedihkan.
Aku juga manusia..........
Aku juga ingin memiliki harga diri.....
Kelak, Tuhan akan membalas perih yang kutanggung sekarang berlipat ganda pada kalian.
Aku ingin punya harga diri, dan janjiku mulai sekarang, akan aku lawan, siapa pun kalian, tak peduli siapa kalian.
Aku sudah lelah dan jenuh.....
Evernote Medio 2015
No comments:
Post a Comment