a IkaMitayani: Anak Laki Tidak Apa Ke Dapur? Memang Kenapa?

10 October, 2020

Anak Laki Tidak Apa Ke Dapur? Memang Kenapa?

Kalau boleh jujur, saya sendiri sudah biasa membiasakan anak ke dapur, melakukan kegiatan bebersih, dll. Padahal mereka lelaki.

Memang kenapa kalau anak laki bisa mengerjakan pekerjaan yang saya sebutkan di atas? Lelaki sama juga dengan perempuan.

Anak saya sudah biasa membantu sejak mereka masih piyik alias masih kecil banget. Seinget saya, untuk sulung

mulai dia bisa jalan lancar. Dia bisa jalan usia 9 bulan. Percaya atau tidak. Karena memang terbilang cepat. Jadi sekitar usia setahun lebih dikit dia selalu meletakkan botol di tempat cucian dan memberinya air ke dalam. Saat itu letak tempat cuci ada di bagian bawah. Jadi terjangkau buat dia. Saking amazingnya, saya abadikan melalui Blackberry.

Dia juga menyapu, dll. Intinya bantuin saya. Saya kalau inget geli sendiri.

Adeknya? Sama. Dia sejak kecil sudah terbilang cepat. Dan suka membantu. Ikut merapikan tempat tidur, mengupas bawang, dll. Bahkan keduanya setiap baju kotor diletakkan di keranjang khusus. Dan mengembalikan mainan dan membereskan tempat mereka bermain.

Sebenarnya banyak sekali sih ma. Mau cerita, bisa jadi berpuluh-puluh novel tebal, hahahah....

Intinya adalah

Awalnya mereka mengikuti saya. Ya iya, saya emaknya kan? Haha....

Dan jangan dilarang ya. Bisa karena ga mau diomong ga enak sama orangtua, mertua, tetangga, teman, dll. Duuuh.....buang pikiran ini. Nanti alasannya saya ceritakan ya.

Awalnya mereka mengikuti apa yang saya lakukan. Kemudian saya pelan-pelan meminta tolong untuk mereka melakukan sesuatu. Kemudian mengalir begitu saja.

Catatan Penting

Tapi ada yang harus dipahami ya. Bahwa saya tidak serta merta melimpahkan kegiatan rumah dilakukan mereka. Tidak. Hanya beberapa. Dan bertahap. Dan kesemuanya akan kepakai sama mereka nantinya ketika besar.

Apa Alasan Terbesar Saya?

Saya tidak mau anak saya tidak bisa survive ke depannya karena membiarkan mereka untuk diam tanpa melakukan apa pun.

Alasan terbesar saya memang itu. Saya ingin mereka bisa survive dalam keadaan apapun. Misal mereka ada kegiatan luar. Minimal mereka tahu caranya dan bisa bertahan.

Awalnya Bagaimana?

Apa saja yang biasa mereka lakukan? Dulu pertama kali sulung membantu saya merapikan tempat tidur. Jadi seperti membuat dia sedang menolong ibunya. Menurut dia, itu juga sebuah keasyikan.

Kadang ya ma. Mama harus membuat mereka sedang bermain game. Jadi game membersihkan tempat tidur. Hahaha.....


Poinnya? Ya dapat pahala. Ayo betul juga kan? :)

Jadi Habit yang Positif

Ketika dia mulai besar, sulung pun mulai memiliki kesadaran sendiri untuk merapikan tempat tidur. Ya namanya anak-anak, kadang diingatkan. Mereka senang saja. Apalagi adiknya sendiri juga sama. Kalau mereka lupa. Ya beri tahu. Ingatkan.

Saya Bilang Begini Tentang Kenapa Kita Harus Rajin Beresin Tempat Tidur

Saya sendiri kalau ada cerita yang bisa menambahkan pengetahuan mereka soal kenapa emaknya membiasakan merapikan tempat tidur terutama ketika akan tidur. Pasti akan saya sampaikan. Tentu saja dengan gaya menyenangkan.

Suatu saat saya mendapatkan informasi tentang setan yang akan tidur di dekat kita bila tempat tidur tidak bersih. Maka saya ceritakan padanya kalau tempat tidur tidak bersih nanti ada setannya lho. Nanti bobok sama setan. Mau?

Plus saya cerita juga kalau tempat tidur tidak bersih akan ada hewan yang bisa mereka gatal atau kena racunnya (baca: tomcat).

Bukan menakuti lho. Karena ada faktanya.

Walhasil anak pun makin semangat.

Lantas Pekerjaan Rumah Lainnya?

Bagaimana dengan mencuci piring? Nah ini saya mengajarkan dengan cara merendam piring dan gelas yang kotor. Kenapa? Agar kotorannya akan mudah terangkat bersih ketika dicuci.

Saya berikan contoh kalau tidak direndam begini hasilnya. Sulit kan buat dicuci?

Tidak Hanya Contoh Saja ya Ma

Iya, saya memang mendidiknya dengan menunjukkan bukti yang terlihat. Sehingga mereka juga terbentuk untuk mengetahui buktinya dan akan cepat merespon dengan baik.

Nah, setelah itu berikan contoh pada anak ketika Anda sedang mencuci piring.

Kemudian kakak menawarkan diri untuk membantu. Pertama gelas. Kemudian piring. Dan dia sungguh mempraktikkannya.

Saya kemudian memberikan pujian kepadanya. Dan dia senang sekali.

Perlukah Pujian Bagi Anak?

Jujur saya tidak setuju dengan mereka yang mengatakan kalau memberi pujian akan sangat membahayakan bagi anak.

Menurut saya tidak.

Pujian tetap diberikan dan bila melakukan kesalahan maka tunjukkan saja dengan lugas.

Diakhiri memberikan semangat agar dia tahu melakukan kesalahan itu wajar tidak apa. Itu bertumbuh.

Proses juga.

Namun jangan mengulang kesalahan yang sama. Berusaha melakukan yang terbaik.

Nah kalau dia melakukan kebaikan, pujian adalah bentuk kita mengapreasi atau menghargai usahanya.

Tentu saja si anak sudah berusaha.

Saya sendiri pernah menjadi anak. Dan ketika dihargai rasanya makin bersemangat.

Ketika melakukan kesalahan dan diberi tahu dengan cara yang tepat, akan membuat kita baik-baik saja.

Tidak selamanya memberi tahu kesalahan bisa sampai dengan tepat. Bila caranya salah, bisa fatal lho. Makanya musti ati-ati. Lha nanti akan manja dong. Tidak juga.


Oke kita kembali lagi ya ke hal di atas. Anak lelaki boleh saja dan tidak berdosa kok melakukan pekerjaan rumah.

Ke depannya dia akan menghadapi hal ini. Ya walau kita pengennya anak kuliah satu kota saja. Tapi misal ada kegiatan PKL atau apalah yang membutuhkan hal seperti itu. Dia sudah terbiasa dan bisa melakukannya tanpa bantuan atau merepotkan orang lain.

Sekarang ini saja, ketika saya sedang sakit dan suami harus ada kerjaan di luar. Anak-anak dengan suka rela dan tidak disuruh langsung mengerjakan hal yang biasa saya kerjakan.

Jadi hidup terus berjalan meski si emak yaitu saya sedang terkapar tak berdaya di tempat tidur. Saat ada tamu, mereka juga akan mengatakan bahwa ibunya sedang sakit dan tak membukakan pintu. Bukan tidak sopan. Ini karena keadaan sebenarnya.

Bagaimana kalau ada yang protes kok anak-anak diajarin begitu sih. Bagaimana cara menghadapinya?

Ya sama, kaya ada anak yang meronta dan merengek plus merajuk ketika meminta mainan. Saya akan diam saja. Tak peduli dengan mereka yang berkomentar. Apa mereka akan bertanggung jawab akan anak saya kelak bagaimana?

Apakah mereka akan ikut membantu ketika anak bertumbuh akibat mereka?

Maksud saya adalah. Ketika saya menuruti omongan mereka. Akhirnya anak jadi bertumbuh sesuai pandangan orang.

Yang repot kembali kita.

Yang jalani kita ma.

Bila anak-anak jadi tidak bisa survive yang remuk kita sendiri dan si anak.

Oia satu lagi. Pastikan mengajari hal kehidupan sejak dini ya. Agar anak tidak kaget dan mudah menyerap dengan baik.

Karena kalau sudah besar. Biasanya akan susah. Karena sudah mama biasakan.

So, semangat ya ma. Anak lelaki itu istimewa ma dan didik dengan baik.

 

 


No comments:

Post a Comment