a IkaMitayani: cerita
Showing posts with label cerita. Show all posts
Showing posts with label cerita. Show all posts

21 May, 2014

Kantor di Blackberry

Aneka gadget yang datang menyerbu peminat gadget memang menggoda sekali. Mereka ini datang dengan aneka fitur yang menggiurkan dan harga yang kompetitif. Ada gadget yang dibandrol dengan harga miring dengan kualitas ya Anda tahu sendiri.

Saya memang pecinta gadget, tapi karena kondisi keuangan yang tak memungkinkan, ya cari yang memang sesuai kebutuhan. Saya juga sempat melihat hape yang katanya kelas atas, tapi setelah saya coba operasikan, fiturnya terbatas. Tak bisa memenuhi kebutuhan saya. Lalu ada hape saingan Blackberry. Saya sampai sekarang memilikinya. Apalagi fasilitas bbm juga tersedia secara gratis, dengan nomor pin diawali angka 7. Namun tetap saja, saya masih tak nyaman menggunakannya. Untuk internetan sih oke, tapi untuk mengoperasikan sebagai kantor, saya butuh lebih dari itu.

Jadi, jangan tanya kalau saya masih setia dengan Blackberry. Mulai dari word, twitter, facebook, browser, email, foto, beberapa aplikasi pendukung, dll, yang memang sesuai kebutuhan saya.

Saya bebas menulis dengan word, lalu mengirim email, memfoto anak-anak saya, men-share link postingan blog ke sosial media dll. Semua itu tidak bisa saya dapatkan dari gadget lain sekali waktu.

Kan bbm suka troble. Kenapa tak mencari solusi, mengganti kartu perdana yang sekiranya tidak suka error dan cepat aksesnya.

Saya memang mencoba untuk bekerja melalui gadget lain, tapi memang tidak senyaman menggunakan Blackberry, yang telah menemani saya sejak awal 2010. Meski mungkin pesonanya mulai meredup, saya masih saja tetap setia, ehm tak sepenuhnya setia, karena ada gadget lainnya. Saya tetap bekerja melalui Blackberry. Bahkan anak saya selalu bilang, itu Ami lagi kerja, setiap saya mulai memegang Blackberry.

Ya inilah kantor milik saya. Kantor bernama Blackberry

07 May, 2014

Selamat Ulang Tahun Mas El

Kemarin anak saya ulang tahun. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Beberapa hari yang lalu, saat anak sedang tidur, saya melihat kembali foto juga video mas el. Lucu dan menggemaskan. Dia begitu pintar, perhatian, dan romantis sekali. Bahkan ketika dia memiliki adik-Keenan-ikut membantu menjaga adik. Dia juga yang pertama kali mengecilkan volume tivi, hape, bahkan orang yang berisik, agar adiknya tidak terbangun. Mas El juga yang akan berlari ke kulkas mengambilkan minum saat adik terbangun atau menangis.

Akhir- akhir ini dia seperti tersisih. Perhatian orang seringkali untuk adiknya. Berbagai macam cara dia lakukan untuk mencari perhatian. Namun sayang, ada begitu banyak orang yang bilang dia nakal. Hati saya sakit mendengarnya. Arti nakal telah bergeser demikian jauh.

Saya mengamati polahnya tiap menit, memberi perhatian lebih. Agar dia selalu merasa bahwa perhatian saya tak pernah berubah. Saya tetap mengajaknya berbicara, melibatkan dia dalam berbagai hal, agar dia tahu, saya demikian sayang. Mas El tahu benar orang yang benar peduli, bahkan dia bisa menjelaskan kata sayang. Ami sayang banget sama Mas El. Dia bilang begitu.
Aku cinta kamu Ami. Dia mengatakan itu pertama kali dan saya bangga itu ntuk saya dua tahun yang lalu dengan bunga.

Ingin sekali saya bercerita tentang mas El, tapi terlalu banyak. Kapan- kapan akan saya bagi jadi beberapa kisah saja ya.

Ami bangga sama kamu mas El. Kamu begitu peduli dan tanggap. Kamu mau membantu Ami memasang seprei, membantu menjaga adik. Kamu juga perhatian, mengingat kebiasaan. Kamu yang tak menangis ketika sekolah. Kamu yang pintar tak memakai popok, tak mengompol, bisa BAB dan BAK sendiri, bisa memakai dan melepas baju sendiri. Kamu yang ....ah banyak sekali kelebihanmu. Ami selalu bangga sama Mas El. Semoga selalu sehat, panjang umur, dilindungi Alloh, selalu pintar dan peduli, dan hal baik lainnya. Ami juga peduli dan selalu tak pernah membuatmu tersisih. Ami selalu perhatian.

04 May, 2014

Bukan Tak Peduli JIS Lagi

Bukan, bukan karena saya tak peduli lagi. Bukan. Tapi setiap kali mengingat kasus JIS itu dada saya terasa sesak, ada sesuatu yang sangat berat di dada ini. Ada luka, kecewa, sedih, amarah yang semua bercampur tak keruan. Entah, saya bingung untuk menggambarkan bagaimana perasaan saya ini.

Saya butuh berminggu-minggu agar tidak selalu kepikiran tiap waktu, bahkan detik. Menurut saya ini adalah masalah yang sangat serius. Kenapa saya bisa bersikap demikian? Itu tak lebih karena, setiap mendengar/ membaca berita itu saya akan merasakan ada kemarahan, kesedihan juga bayangan ketika mereka mengalaminya.

Saya memiliki dua anak lelaki, apakah itu alasan saya sangat berempati? Membantu tentu saya juga bingung membantu yang bagaimana. Apalagi terakhir saya mendengar korbannya bertambah menjadi 50 orang. Bagaimana bisa? Sekolah mahal masa tidak mampu memberikan rasa amannya? Ini bukan masalah main-main, dan sangat serius.

Saya tak peduli apa agama, suka, ras, negara mereka. Saya hanya selalu menyelipkan doa bagi siapa pun mereka, anak-anak yang mendapat perlakuan keji tersebut, agar bisa seperti dahulu - meski itu juga aga sulit, kecuali dengan keyakinan- dijauhkan dari ketakutan, orang tua mereka juga bisa memberikan perlindungan, mencari keamanan. Semoga mereka dipulihkan dari penyakit yang diderita. Semoga anak-anak lain yang tidak menjadi korban agar selalu dilindungi oleh Tuhan.

Semoga orang tua terutama ibundanya diberikan kekuatan, ketabahan, dan diberikan semangat untuk anak mereka.

27 April, 2014

Ingin Memiliki Toko Buku

Dulu saya masih ingat betul, saat tinggal di Bantul. Mau membeli majalah favorit saja susah. Rata- rata loper menjual koran dan tabloid. Saya harus ke kota Jogja untuk membeli majalah tersebut.

Saya yang pecinta buku juga kesulitan untuk mendapatkan buku- buku favorit, karena di Bantul tidak ada toko buku kala itu.

Untung - masih merasa untung- untuk terbitan dari Gagasmedia, Bukune dan penerbit lain yang masih dalam satu kelompoknya, masih bisa saya dapatkan. Itu karena saya memiliki toko buku online yang bisa menjangkau banyak kota di Indonesia.

Terus apa hubungannya artikel ini dengan Bantul? Jadi begini, awal tahun 2014 ini saya ingin kembali mengelola usaha secara maksimal, karena si bungsu sudah berusia satu tahun. Tapi saya ingin mengelola usaha yang bisa dikerjakan dari rumah. Agar bisa mengurusi anak. Namun kendala, anak masih sekolah di Solo. Ada begitu banyak hal yang membuat saya ingin kembali ke Jogja.

Banyak faktor yang akhirnya membuat kami sekeluarga akan kembali tinggal di Bantul. Kabar gembiranya adalah, saya bisa mempunyai toko. Suami bilang, Ami kan punya cita- cita punya toko buku kan? Rasanya mau menangis kenceng, setelah suami bilang begitu.

Namun tak berapa lama ada toko buku baru, meski koleksinya tak bisa saya harapkan untuk bisa kembali kesana. Sempet bilang, yah kok ada yang baru buka. Keduluan deh. Tapi saya pikir- pikir kenapa harus mengurungkan niat? Toh ini niatnya sudah lama banget. Bantul belum ada yang menjual buku favorit, kalau pun ada ya begabung dengan toko alat tulis dan koleksinya terbatas. Malah ada yang koleksinya tak menarik.

Lobi dengan distributor sudah saya lakukan, lokasi yang strategis dan ramai membuat langkah saya semakin optimis. Ini juga demi masa depan. Saya tak memungkiri bahwa memang niat ini akan menjadi pemasukan bagi keluarga, bisa buat menyekolahkan anak, memantaskan mereka.

Tak hanya itu, toko ini juga akan ada ruangan untuk kursus menulis. Kursus yang diampu langsung oleh pakar di bidangnya. Penulis yang memang sudah memiliki jam terbang dan karyanya juga laku. Ada layanan untuk cetak buku sendiri, launching buku. Istilahnya one stop service for writer.

Doakan saya ya. ...

Ingin Memiliki Toko Buku

Dulu saya masih ingat betul, saat tinggal di Bantul. Mau membeli majalah favorit saja susah. Rata- rata loper menjual koran dan tabloid. Saya harus ke kota Jogja untuk membeli majalah tersebut.

Saya yang pecinta buku juga kesulitan untuk mendapatkan buku- buku favorit, karena di Bantul tidak ada toko buku kala itu.

Untung - masih merasa untung- untuk terbitan dari Gagasmedia, Bukune dan penerbit lain yang masih dalam satu kelompoknya, masih bisa saya dapatkan. Itu karena saya memiliki toko buku online yang bisa menjangkau banyak kota di Indonesia.

Terus apa hubungannya artikel ini dengan Bantul? Jadi begini, awal tahun 2014 ini saya ingin kembali mengelola usaha secara maksimal, karena si bungsu sudah berusia satu tahun. Tapi saya ingin mengelola usaha yang bisa dikerjakan dari rumah. Agar bisa mengurusi anak. Namun kendala, anak masih sekolah di Solo. Ada begitu banyak hal yang membuat saya ingin kembali ke Jogja.

Banyak faktor yang akhirnya membuat kami sekeluarga akan kembali tinggal di Bantul. Kabar gembiranya adalah, saya bisa mempunyai toko. Suami bilang, Ami kan punya cita- cita punya toko buku kan? Rasanya mau menangis kenceng, setelah suami bilang begitu.

Namun tak berapa lama ada toko buku baru, meski koleksinya tak bisa saya harapkan untuk bisa kembali kesana. Sempet bilang, yah kok ada yang baru buka. Keduluan deh. Tapi saya pikir- pikir kenapa harus mengurungkan niat? Toh ini niatnya sudah lama banget. Bantul belum ada yang menjual buku favorit, kalau pun ada ya begabung dengan toko alat tulis dan koleksinya terbatas. Malah ada yang koleksinya tak menarik.

Lobi dengan distributor sudah saya lakukan, lokasi yang strategis dan ramai membuat langkah saya semakin optimis. Ini juga demi masa depan. Saya tak memungkiri bahwa memang niat ini akan menjadi pemasukan bagi keluarga, bisa buat menyekolahkan anak, memantaskan mereka.

Tak hanya itu, toko ini juga akan ada ruangan untuk kursus menulis. Kursus yang diampu langsung oleh pakar di bidangnya. Penulis yang memang sudah memiliki jam terbang dan karyanya juga laku. Ada layanan untuk cetak buku sendiri, launching buku. Istilahnya one stop service for writer.

Doakan saya ya. ...

26 April, 2014

Dilema Antara Anak dan Naskahku

Hari ini saya benar- benar dibuat pusing dan lelah. Kemarin saya mendaftar untuk mengikuti acara gagasmedia - tahu acarany justru setelah ada di Jogja- tapi naskah yang ingin saya ikut sertakan dalam konsultasi dengan editor justru ada di Solo. Ketika saya berangkat ke Jogja, saya sempat menimang- nimang naskah dan beberapa buku karya Bernard. Walhasil saya tidak jadi membawanya, karena sudah saya baca, dan naskah tersebut saya ikir masih ada di netbuk.

Lalu ketika saya ada waktu untuk mengecek, saat malam, naskah itu tidak ada di flash disk dan di netbuk adalah naskah orisinal yang belum saya edit. Anak saya yang bungsu sudah mulai tidak rewel dan mau main sendiri. Hanya beberapa menit, dia mendekati saya yang mulai membenahi naskah itu. Terpaksa deh netbuk saya tutup, takut kalau ada yang rusak, komponen netbuk termasuk mahal hehhe...

Beberapa hari ini, anak bungsu memang rewel setelah sempat sakit kemarin. Manja. Dikit-dikit nangis, merengek. Alhasil saya pun mulai mengajarinya agar tidak rewel lagi, meski dia masih satu tahun, saya kasih pengertian seperti mengajaknya mengobrol beberapa kali, sepertinya dia tahu maksudnya. Dia mulai mainan sendiri. Saya bilang, kalau adek rewel, Ami tidak bisa melakukan apa pun, mau masak tidak bisa, mau nulis dan kegiatan lainya juga tidak bisa. Ami sedih kalau adek rewel, bla, bla, bla. Dia sepertinya mengerti dari perubahan sikap menjadi kembali mandiri. Alhamdulillah. Terkadang ada ibu yang meremehkan kemampuan si anak menangkap omongan.

Meski adek sudah mengerti, saya masih tetap kebingungab, apakah editan saya visa selesai? Apa saya harus melembur lagi? La gimana dengan besuk? Apa saya bisa tidak mengantuk? Padahal besuk pasti akan ada banyak ilmu dan kesempatan baru? Ah saya berusaha dulu semoga bisa, dan mencetaknya besuk pagi. Kalau mengantuk ya tidur. Semoga bisa. Amin.

23 April, 2014

Impian Istimewa Ke Korea

Saya mungkin bukan satu-satunya orang yang memiliki keinginan pergi ke Korea bersama keluarga. Saya terlihat optimis bahwa itu akan terjadi. Meski tak tahu kapan tepatnya.

Saya tak menolak kalau itu adalah jalan-jalan gratis.

Kalau itu terjadi, saya akan membaca berulang buku-buku tentang Korea milik saya. Ya, selama ini saya sering membeli buku tentang Korea, yang berisi tentang tempat wisata, rute kota, harga tiket, dll. Hal-hal penting yang dibutuhkan oleh seorang turis.

Saya tak sabar menunggu ketika waktu itu terjadi. Saya akan mengajak keluarga saya berjalan-jalan. Dan saya akan menuliskan kisah perjalanan itu di blog, sebagai kisah tak terlupakan. Berharap kelak saya akan berkunjung, lagi dan lagi.

28 December, 2013

Gerakan Untuk Anak Korban KDRT

Beberapa hari ini saya gelisah. Terngiang terus pemberitaan di televisi mengenai anak-anak yang disiksa orangtuanya hingga meninggal, ada yang jadi cacat secara fisik, dll. Atau anak- anak yang meninggal akibat keteledoran orangtuanya. Saya sampai tak habis pikir, bagaimana bisa? Kebiasaan ini makin menjadi setelah saya memiliki dua jagoan. Saya tahu bagaimana rasanya mengasuh buah hati, tak selamanya menyenangkan. Tapi itu seninya, mengasuh buah hati. Alhamdulilah, apa yang saya terapkan selama ini, bisa membuat mereka dalam keadaan aman, senang, dll.

Pikiran saya mengembara kemana- mana. Mata seolah-olah sedang menyaksikan kejadian tersebut. Saya lantas bergidik, ngeri sendiri. Peristiwa yang terliput kamera, pasti hanya segelintir dari jutaan yang menimpa anak- anak malang itu. Kita bisa saja berkata, "Itu takdir, Tuhan."

Saya tidak sepakat! Ini bukan semata- mata tentang takdir Tuhan. Ini cara Tuhan mengingatkan kita untuk peduli terhadap mereka. Peduli yang bagaimana? Cara itu yang belum saya tahu.

Gerakan. Itu yang melintas begitu saja, ketika memasak. Gerakan yang didukung oleh teman-teman yang memiliki kepedulian yang sama.

Gerakan. Ya sebuah gerakan. Entah itu memberikan konseling bagi mereka? Mengumpulkan dana untuk pemulihan secara fisik dan non fisik? Sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana mencegah, minimal mengurangi pelan demi pelan, kecelakaan pada anak, korban orangtua, meningkatkan kepedulian tetangga terhadap tetangga mereka apabila ada yang mencurigakan. Teman-teman bisa menambahkan sendiri apa saja yang bisa diupayakan. Saya menulis ini tidak ingin menjadi sekedar ide, deretan kata saja. Saya ingin ini bisa menggerakkan hati.

Entahlah, apakah ini akan menjadi gerakan, yang bisa menggerakkan. Saya juga tidak tahu. Biar saja ini mengalir, karena saya memiliki buah hati yang saya rawat dengan kedua tangan sendiri. Semoga bisa bergerak. Amin

24 October, 2013

Awet Muda

Siapa sih yang tak mau kelihatan awet muda. Kemana- mana tak kelihatan sudah punya anak. Apa sih resepnya?

Tak ada.

Anda hanya seringlah melatih senyum semanis mungkin. Rajin melihat acara humor. Mencobalah bercanda, hingga merilekskan urat wajah anda. Jujur sebenarnya saya sendiri tak tahu resep sendiri. Hanya saja itu adalah obat rileks saya ketika penat, jenuh saya melanda. Hasilnya, saya sering dipanggil adik oleh orang yang . lebih muda usianya hehehe.... padahal usia sudah 30an. An itu berapa? Ya diatas 30 hahhaah

19 October, 2013

Memutuskan Keputusan

Saya lelah dengan keadaan beberapa bulan terakhir, yang memaksa memutuskan sesuatu. Awalnya karena kesibukan sebagai ibu dengan bungsu berusia 0-7bulan, membuat saya tak punya waktu, dan banyak menyadari, bahwa saya tak punya penghasilan, dipersulit, ditutup jalannya oleh produsen saya sendiri, yang saya pernah bertahun-tahun bekerjasama.

Kebetulan mama yang hendak hingga naik haji, membuat saya otomatis mondar mandir antar kota antar propinsi. Semakin sibuk dan lupa pasword yang sudah dibajak orang. Password toko online.

Saya benar-benar di titik terendah, tidak seperti dulu, bisa jadi setahunan, hampir dua tahun terakhir. Lalu saya seperti dilempar ke sebuah titik balik. Beberapa bulan yang lalu saya ngrajut sambil memberi ASI bagi Keenan. Lalu beberapa hari yang lalu, saya iseng-iseng membuatkan cemilan yang mudah dipraktekkan. Dan hasilnya MasL senang dan ketagihan, dia minta terus menerus. Sehari sampai 7 porsi berisi 8 pancake kecil-kecil. Kebayang gimana senengnya aku? Apalagi kalau dikalkulasi, biaya bahan dan pembuatannya kan murah. Coba kalau beli tentu mahal. Aku pun semakin semangat.

Lalu ingat dulu aku sering bikin kue, tapi tidak pernah kujual, kubagi saja ke temen, tetangga. Kata mereka, ENAK! Dan mereka bilang, kenapa tidak menjualnya?

---

Kemarin aku membuat donat, pai susu, lalu brownies, berhasil. Tukang yang membangun rumah Solo (lantai atas) menghabiskan. Aku semakin semangat. Tepung terigu yang protein tinggi dan sedang, kubeli. Harganya setara coklat kesukaanku, mahal coklat sih "̮ ƗƗɐƗƗɐ:DƗƗɐƗƗɐ "̮.

Telur yang distok mama juga habis, aku beli, margarin dll. Totalnya ga banyak, alias murah. Toh per 200g dan yang lainnya tak banyak. Untuk sekali bikin, bisa jadi 11buah. Lebih hemat bikin sendiri daripada beli. Lalu aku berpikir, kenapa aku tidak menjajal ini? Bisa sekalian membuatkan buat anak, suami, dapat uang, dll. Aku juga ga tergantung dengan produsenku. Aku bisa bebas. Ada begitu banyak cara untuk memulai, dan menjalankannya.Doakan saya ya. Sekarang saatnya bertindak heheheh... Amin amin amin.
Terima kasih telah berkunjung dan berbelanja disini ^_^

Web:
http://www.orderbuku.com
http://www.ikamitayani.com

Follow:

@OrderBukuCom
@IkaMitayani

Like Page:
http://facebook.com/orderbukucomSaja

http://facebook.com/IkaMitayaniCom

Contact:
tanya.orderbuku@yahoo.com

Ketika Harus Berhenti

Selama beberapa bulan terakhir, selain kesibukan yang luar biasa, hingga menyita perhatian ke toko, dan tidak gentayangan di sosmed, saya mengalami titik galau paling tinggi. Kenapa? Ada banyak alasan.

Pertama, toko saya yang sudah tidak bisa diharapkan lagi. Lama kelamaan, saya harus melakukan tindakan. Dua pilihan, antara terus atau berhenti. Apalagi password yang belum ketemu, semenjak saya ganti akibat terkena hack. Entah apa.

Toko saya mungkin tidak semoncer dulu. Ada saja yang menjadi kendala, tapi terus saja saya terjang. Kebijakan suplier yang berganti kepemimpinan yang tidak memandang dengan baik pelanggan dari produknya selama 7 tahun. Bayangkan tujuh tahun. Begitu akibat sumber hanya satu, dan tak ada budget besar buat itu. Padahal saya sendiri sempat berinisiatif untuk melakukan hal lain, eh, diminta terus melakukan itu. Tentu saja saya tidak mau. Enak pemimpin yang dulu, yang begitu percaya dengan saya tanpa KTP, dan bisa membawa semua produknya. Lalu keesokannya, masih bisa. Banyak faktur yang mungkin bernilai puluhan juta untuk produk mereka. Apa ini balasannya? Saya dipersulit? Akibatnya berimbas dengan pemasukan yang ga tentu, saya yang tidak bisa memenuhi permintaan pembeli dan sebagainya. Sebagai penjual kecil, saya seperti diikat lehernya hingga tercekik. Ada pula yang memberi persyaratan hingga tak bisa dijangkau. Lalu harus kemana saya berlari? Apa saya harus menjadi produsen? Seperti dulu?

Pertanyaannya, dengan single fighter apa bisa? Dengan memiliki dua krucil, yang masih harus saya urus, dan masih banyak yang lain. Dulu saya sempat memproduksi flanel yang lumayan hasilnya, namun tak didukung, dengan disuruh berhenti, kerepotan saya, apalagi pegawai yang dulu tak bisa ikut, akibat kami pindah rumah.

Nyesek, memberhentikan yang sudah ada. Lalu saya sempat mengerjakan sesuatu yang lain, tapi seperti dibenturkan dengan tembok yang tak bisa diruntuhkan, lalu yang lain. Dengan sifat saya yang ndableg, saya pun bisa berulang-ulang berusaha hingga mentok. Mentok pula penghasilan. Padahal saya ingin seperti dulu, bisa menghasilkan banyak uang, bisa beli ini itu (kalau sekarang, pasti ke kebutuhan anak-anak). Saya tak mau berpangku tangan, beberapa bulan ini, setelah bungsu mulai 7 bulan, saya harus bergerak lagi. Harus!


Terima kasih telah berkunjung dan berbelanja disini ^_^

Web:
http://www.orderbuku.com
http://www.ikamitayani.com

Follow:

@OrderBukuCom
@IkaMitayani

Like Page:
http://facebook.com/orderbukucomSaja

http://facebook.com/IkaMitayaniCom

Contact:
tanya.orderbuku@yahoo.com

02 September, 2013

Happy Birthday Ika Mitayani

23.00 WIB telah berlalu.... Saya sudah menunggu-nunggu beberapa hari yang lalu. Tak ada cake, juga lilin, tapi istimewa di hati. Biar dibilang kaya anak kecil, karena saya begitu mengistimewakan tanggal lahir saya. Tak ada ucapan, dibilang minta-minta juga tidak. Bagi saya, kelahiran itu pada 2 September pukul 23.00WIB. Tapi karena adat Jawa, pukul sebelas malam masuk hari berikutnya, jadi tanggal lahir 3 September yang tertera di KTP dll.

Saya senang saat Keanu Reeves berulang tahun 2 September. Artis luar negeri yang saya sukai. Sementara tanggal 3 September kelahiran artis nan cantik Hollywood Sophia Lauren.

Harapan saya tak muluk-muluk.
1. Anak-anak tumbuh sehat, pintar, cerdas, soleh, dan penuh kebaikan, keluarga kecil saya juga bahagia dan langgeng

2. Buku-buku saya terbit, tak hanya artikel-artikel juga fiksi saja

3. Blog saya dikunjungi banyak orang dan memiliki manfaat

4. Toko Online saya bisa terjual ludes semua barang yang dijual, karena saya butuh banyak uang,menutup hutang (siapa pun pasti punya kan), memenuhi hidup, masa depan anak, dll

5. Tuhan Alloh memang sangat baik, hingga sekarang masih memberi nafas, meski sering alpha, khilaf, juga belum jadi apa-apa sesuai mimpi besar saya.



Sekali lagi, selamat ulang tahun Ika Mitayani. Seharusnya ini menjadi titik balik, karena berada di kondisi yang menyedihkan, semoga sebentar lagi, saya memiliki semua yang saya inginkan. Amin

08 August, 2013

Celebrate This Ied Mubarak

Every muslim in the world celebrate this day, after to fast in Ramadhan Month. Even, i didn't fast, because i have to give suck for my baby. But, I am so happy. My family will assemble in Solo. Its a hectic day. We always speak anything, because we never met after a year.

This year so different. My grandmother was pass away, at 4 Juni 2013. I am really miss her. But life must go on isn't? So i come here, in her house. Join with my big family to celebrate, forgive each other, become pure again.

Update... This day, i am so happy, because my big familly come, and then we're going to "Pancingan 200" in Janti. Everyone eat fish etc.

This day, ied mubarak is over... But i want to say,

Hapy Ied Mubarak everyone, please forgive me, if i have a lot of mistake.

04 August, 2013

Ketika Jaringan Blackberry Bermasalah

Terakhir ada kejadian, jaringan Blackberry bermasalahan se Asia Tenggara. Bagi saya yang sangat mengandalkan Blackberry (BB) tentu kerepotan. Sungguh. Tapi saya tidak mengeluh. Loh, kok bisa? Bukannya terganggu? Iya, pasti.

Bagi saya ini tak masalah. Berapa kali gangguan terjadi? Apakah setiap hari? Tidak! Dalam setahun ada berapa hari? Apakah terjadi gangguan? Tidak! Jadi kenapa hanya dengan gangguan sehari semalam, harus marah? Toh semuanya tidak sepadan dengan jaringan prima dari Blackberry selama ini. Saya sudah sangat diuntungkan dalam setahun yang dikurangi satu hari troble.

Bagaimana dengan anda? ^_^

25 July, 2013

Citra Positif Artis Pada Sebuah Iklan

Masih ingat peristiwa kecelakaan motor yang dialami Ari Wibowo? Dia menabrak penyeberang jalan. Pemberitaannya cukup besar. Saya sempat kaget saat mendengarnya. Ari Wibowo? Menabrak? Ugal-ugalan? Masa sih? Begitu pikiran saya.

Meski saya tidak mengenalnya, tapi seperti tidak mungkin kalau dia akan mencelakai orang lain. Entahlah, wajahnya mencerminkan orang baik.

Ternyata berita itu benar, sampai ada disemua acara. Melihatnya ikut sibuk mengurus korban, dari tempat kejadian hingga di Rumah Sakit. Membiayai semua biaya, sampai pemakaman ( korban akhirnya meninggal setelah beberapa hari dirawat intensif). Catatan, di rumah sakit pertamina pula. Keren ya. Dia benar-benar bertanggungjawab. Keluarga korban pun tidak menuntut, meski Ari Wibowo harus menunggu hasil penyelidikan perkara.

Tak butuh waktu lama, Ari Wibowo dinyatakan bebas, setelah ada bukti cctv di salah satu restoran dekat dengan tempat kejadian. Tapi Ari tetap bertanggungjawab, menyekolahkan anak bungsu korban sampai selesai SMA.

-----

Lalu apa hikmahnya? Ada, iklan Ari Wibowo kembali tayang, malah nambah beberapa iklan, termasuk iklan helm. Tentu ini berkaitan dengan sikap bertanggung jawabnya kepada korban juga keluarga. Ya, saya percaya, dia orang baik. Citra positif selama ini kembali didapatnya.

04 July, 2013

Tak Akan Mengucapkannya

Suatu hari, terbesit pikiran iseng, dan menanyakan segera kepada suami.

" Pi, kalau Ami sudah tidak ada. Api menduda atau menikah lagi?"

Suami sempat terdiam dalam hitungan detik, lalu menggeleng.


" Api tidak tahu, Mi" jawabnya seraya meletakkan anak sulung kami disampingnya.


"Loh kok, tidak tahu?", tanya saya segera. Penasaran dong.

"Iya, Api ga tau."
Jawaban yang sama terulang lagi. Saya tertegun. Kami berdua pun diam.

Tak berapa lama suami kembali berujar
"Mi, nanti yang pergi terlebih dahulu, itu aku."

Kata-kata itu terasa seperti petir di sore hari. Merusak suasana santai kami, di depan televisi. Mata sempat berkaca-kaca.


"Api, tidak boleh ngomong gitu…."

Tiba-tiba saja saya takut. Takut kehilangannya.

" Sekarang, bagaimana kalau pertanyaan Ami, dibalik. Bagaimana kalau Api tidak ada, Ami bagaimana?"

Saya terdiam. Kenapa saya tak berpikir seperti itu?

"Ami pernah kan, dengar Api nyanyi lagu…." Terus lanjutnya…

" …. Jangan kau pergi, kalau mati aku pasti duluan."

Ehem, sebenarnya lirik lagunya tak tepat seperti itu. Suami langsung terkembang senyumnya.



"Kita jalan-jalan saja yuk, Mi "

Dia segera beranjak mengambil kunci kendaraan, dan aku segera menggendong masL, mengikutinya dari belakang.

Kejadian sore itu membuat saya berpikir beberapa hari. Saya tidak mau kehilangan suami.Dia suami dan ayah yang baik. Melihat dia bermain dengan anak kami saja menyenangkan hati. Ya,karena saya sendiri tak punya sosok ayah dari sejak di kandungan Mama. Saya mau suami diberikan usia panjang. Terbayang kalau kami akan sampai beruban bersama mengarungi hidup. Sungguh saya tak akan sanggup bila harus hidup tanpanya.

Ketika Berbagi Sambal

kehidupan pernikahan, happy ending, hidup bahagia, cara mengatasi perbedaan dalam pernikahan
Kehidupan Pernikahan


Kehidupan Pernikahan Berbagi Sambal

Saat pasangan yang baru menikah hidup dalam satu atap. Memang akan muncul banyak sekali hal baru. Oke, pada awal pernikahan kita masih tenang. Bukankah, kita sudah cukup mengenalnya saat pacaran? Iya kalau kita melewati fase ini. Atau bisa jadi saat pacaran, suami tidak menunjukkan sifat aslinya. Tak ada bedanya dong dengan membeli kucing dalam karung.

Wah serem juga ya. Saya beruntung sekali telah mengetahui apa yang disukainya, mana yang tidak. Saya tentu saja senang.

Yang paling saya ingat adalah saat suami yang tidak menyukai sambal. Terutama yang pedas. Padahal saya sangat menyukai sambal. Semakin pedas semakin mantaps. Bahkan di keluarga saya, sambal adalah sesuatu yang lumrah. Saat acara penting bahkan jamuan pribadi dalam keluarga pun selalu pedas.


Tentu ini menyiksa sekali. Dia pasti menanyakan menu pedas dan yang tidak. Kalau sedang di rumah, mama untung mengetahui hal ini. Jadi kalau kami datang ke rumahnya, mama akan menyediakan menu yang tidak pedas.Jadi tak pernah masalah.


-------

Aku masih ingat betul saat masih awal menikah. Aku pun memberikan solusi dengan memasak dua menu. Atau saya membuatkan sambal. Jadi kami pun masih bisa menikmati sesuai kegemaran masing-masing.
Namun Alhamdulillah, berjalannya waktu, suami mulai menikmati sambal. Awalnya dia mengambil sedikit sekali sambal. lalu mengoleskannya di atas makanan. Pelan-pelan prosentase sambalnya mulai bertambah. Meski masih di bawah tingkat kepedasan sesungguhnya. Jujur aku salut dalam diam dan senyumku. Suamiku menghargai yang kulakukan. Bahkan dia mencoba pula beradaptasi.