Beberapa hari ini saya gelisah. Terngiang terus pemberitaan di televisi mengenai anak-anak yang disiksa orangtuanya hingga meninggal, ada yang jadi cacat secara fisik, dll. Atau anak- anak yang meninggal akibat keteledoran orangtuanya. Saya sampai tak habis pikir, bagaimana bisa? Kebiasaan ini makin menjadi setelah saya memiliki dua jagoan. Saya tahu bagaimana rasanya mengasuh buah hati, tak selamanya menyenangkan. Tapi itu seninya, mengasuh buah hati. Alhamdulilah, apa yang saya terapkan selama ini, bisa membuat mereka dalam keadaan aman, senang, dll.
Pikiran saya mengembara kemana- mana. Mata seolah-olah sedang menyaksikan kejadian tersebut. Saya lantas bergidik, ngeri sendiri. Peristiwa yang terliput kamera, pasti hanya segelintir dari jutaan yang menimpa anak- anak malang itu. Kita bisa saja berkata, "Itu takdir, Tuhan."
Saya tidak sepakat! Ini bukan semata- mata tentang takdir Tuhan. Ini cara Tuhan mengingatkan kita untuk peduli terhadap mereka. Peduli yang bagaimana? Cara itu yang belum saya tahu.
Gerakan. Itu yang melintas begitu saja, ketika memasak. Gerakan yang didukung oleh teman-teman yang memiliki kepedulian yang sama.
Gerakan. Ya sebuah gerakan. Entah itu memberikan konseling bagi mereka? Mengumpulkan dana untuk pemulihan secara fisik dan non fisik? Sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana mencegah, minimal mengurangi pelan demi pelan, kecelakaan pada anak, korban orangtua, meningkatkan kepedulian tetangga terhadap tetangga mereka apabila ada yang mencurigakan. Teman-teman bisa menambahkan sendiri apa saja yang bisa diupayakan. Saya menulis ini tidak ingin menjadi sekedar ide, deretan kata saja. Saya ingin ini bisa menggerakkan hati.
Entahlah, apakah ini akan menjadi gerakan, yang bisa menggerakkan. Saya juga tidak tahu. Biar saja ini mengalir, karena saya memiliki buah hati yang saya rawat dengan kedua tangan sendiri. Semoga bisa bergerak. Amin
No comments:
Post a Comment