a IkaMitayani: Renungan
Showing posts with label Renungan. Show all posts
Showing posts with label Renungan. Show all posts

23 March, 2015

Renungan Hati 1

Blog Referensi Wanita

Sejujurnya copycat adalah seseorang yang mengagumimu diam-diam. Dia terinspirasi denganmu, hingga menggunakan ide dan konsepmu untuk kepentingan dirinya.

                                                ********************

Pilihan. Kita selalu ingin yang terbaik. Percaya atau tidak, ada Tuhan yang Maha Tahu, apa yang terbaik untuk Anda. Terima itu, belajar ikhlas dan jalani meski sulit di awal.

                                                  ********************

Berapa kali Anda berpikir seandainya waktu bisa berputar kembali? Yakinkah Anda, bisa memperbaiki apa yang pernah rusak atau pernah Anda sesali hingga kini? Saya yakin tidak.

Tuhan sudah mengatur itu untuk Anda belajar tidak mengulangi di masa depan.

                                             *************************

Kenangan, terkadang bisa kembali menemuimu, menembus ruang waktu. Hanya saja, kamu dan dia sudah berbeda arah. Nikmati saja.

                                                *********************

Setiap orang memiliki masa lalu. Lupakan, yang terpenting adalah masa depan. Mungkin saat ini, kita kesulitan melepas masa lalu dan kenangan entah baik atau buruk. Kalau kita jalani dan berusaha menjadi lebih baik, kelak kita akan mensyukuri pernah berada di masa lalu. Masa lalu untuk belajar lebih baik.

                                             ************************

Remember, copycat always arround us -IkaMitayani

                                             ************************

Terkadang kita tanpa sadar membawa hati beberapa orang bahkan seluruh hati orang yang berhubungan dengan masa lalumu,  meski kenyataannya tak bisa bersama dalam ikatan selamanya. Nikmati saja, itu memang bagian dari kisah hidup yang harus kamu jalani.
   

                                             ************************
                                              

Setiap orang memiliki masa lalu. Lupakan, yang terpenting adalah masa depan. Mungkin saat ini, kita kesulitan melepas masa lalu dan kenangan entah baik atau buruk. Kalau kita jalani dan berusaha menjadi lebih baik, kelak kita akan mensyukuri pernah berada di masa lalu. Masa lalu untuk belajar lebih baik.

                                                  ***************

Terkadang kita merasa bersyukur, tatkala ada yang penderitaan atau kesusahannya melebihi yang kita tanggung -ikamitayani-

SENSITIF

Justru menurut saya, bersyukur lo dibilang sensitif, itu berarti kita memiliki empati dan simpati daripada kebanyakan orang.

Saat ada kita bertandang ke rumah orang, tentu tidak akan memarkir kendaraan di depan rumah orang lain dan menutup akses keluar masuk ke rumah orang lain tersebut.

Kita tidak memarkir di depan rumah tetangga sembarangan.

Kita tak akan dengan santai terus mengisap rokok dan menghembuskannya, padahal ada anak kecil di sebelahnya.

Kita akan memberikan tempat duduk kepada ibu dan anak-anaknya.

Kita perlu sensitif, peka terhadap sekitar.

Kita sigap membantu anak yang sulit turun sementara ibunya juga kesulitan turun.

Dan masih banyak lagi yang lainnya. Tak apa, tak masalah Anda sensitif. Karena orang sudah terbiasa mengomentari orang lain yang tidak dikenalnya. :-)

Like http://facebook.com/IkaMitayaniCom

Antara Kecewa dan Kebaikan yang Beruntun

Blog Referensi Wanita

Anda pernah memperhatikan ketika kecewa? Berapa kebaikan yang akan Anda terima setelah dikecewakan?

Beberapa hari ini saya baru menyadari tanpa sengaja.

Ketika saya dikecewakan satu atau dua orang dengan sikap mereka, atau kata yang tidak seharusnya. Tak berapa lama, saya diberikan ganti kebaikan berlipat ganda. Bisa berupa pertolongan beruntun untuk memudahkan saya dan kedua buah hati. Bisa dalam bentuk barang, dll.

Semuanya sifatnya beruntun dan tak terduga. Memang indah ya cara Tuhan mengembalikan senyum kita, mengendurkan kerut kening, dan membuat kita berkata " Nikmat Tuhan mana yang hendak aku dustakan".

Kenapa harus takut kecewa, kalau gantinya adalah kebaikan yang beruntun.

Nikmat syukur memang menyenangkan daripada terus mengeluh tanpa habis ^_^

Sulitnya Menjaga Perasaan

Blog Referensi Wanita

Menjaga perasaan orang lain, bukan perkara mudah, benar? Saya saja yang terbilang blak-blakan, masih menahan diri untuk tidak melakukannya. Ada beberapa pertimbangan yang selalu saya pikirkan terlebih dahulu.

Kisah ini mungkin akan membuat Anda berpikir ulang dan menahan diri.

______

Nada

Nada, bukan nama sebenarnya, memiliki salah satu "keistimewaan. Dia terbilang cukup sukses, dan itu bisa menutupi kelebihannya tersebut. Namun, seperti apa pun dia bersikap biasa, orang sekitarnya pun tetap mengetahui dengan sendirinya.

Suatu hari, kantor tempat dia bekerja, sedang mengadakan evaluasi kinerja. Penilik dari pusat berkali-kali menegurnya, kenapa tidak bisa melakukan yang dia perintahkan. Nada terdiam. Wajahnya pucat pasi. Sementara teman-temannya mulai kasak kusuk di belakang. Masing-masing meminta teman satunya untuk memberitahu penilik tersebut, tapi teman lainnya tidak mau. Mereka pun saling tunjuk.

" Maaf Bu, Nada memiliki keterbatasan."

Semua lantas hening, dan menoleh ke arah sumber suara. Nada pun demikian. Matanya berkaca-kaca, tangan gemetar menahan amarah. Emosinya yang tertahan seakan mulai tak terbendung. Penilik dari pusat pun terdiam, dan memberikan giliran ke pegawai yang lain.

Tak menunggu lama, Nada segera berlari, keluar dari barisan, menuju ruangan, dan mengambil tas. Dia pulang. Membawa amarah dan rasa malu.

---------

Nada memang memiliki keistimewaan, yang membuatnya sedikit berbeda. Dia butuh bertahun-tahun untuk membuat dirinya bisa percaya diri. Namun orang-orang di sekitar yang sering berinteraksi juga akhirnya mengetahui juga.

Mungkin orang tersebut bermaksud baik dan tak kuasa melihat temannya terus ditanya, sementara dirinya sendiri tidak bisa mengatakannya.

Sebaiknya, menurut saya, ungkapkan itu langsung ke ibu penilik, bisa dengan mendekati dan mengucapkan secara pelan, sehingga orang lain juga tak mendengar. Jangan di depan umum dengan suara keras. Intinya tidak di depan umum. Malu bukan kepalang. Marah yang tertahan adalah hal yang umumnya dilakukan orang seperti Nada, dan kita sendiri. Cobalah membayangkan Anda berada di posisi orang lain.

06 March, 2015

Berani Move On?

Berani Move On?

Saya tak tahu kenapa tiba-tiba kata move on tercetus. Padahal tren move on ini sudah lama bergeser, berganti dengan tren lainnya. Move on ini bisa dipergunakan untuk banyak hal, bukan hanya tentang bangkit dari patah hati, gagal percintaan, putus cinta, ditolak calon pacar, dll. Move on bisa untuk Anda yang ingin bangkit dari keterpurukan, bangkit untuk menggapai impian.

Saya sendiri masih berjuang untuk move on. Mengejar banyak ketinggalan ketika sempat vakum, sementara teman sudah banyak yang melesat. Saya mulai menjumputi satu per satu impian dan memilih mana yang paling diminati. Saya ingin bisa untuk fokus. Atau paling tidak, mengerjakan dua hal dan fokus. Pengalaman kemarin saat tumbang akibat kelelahan membuat saya berpikir ulang.

Saya berani move on, kalau memang harus beralih dan fokus mengerjakan yang lain atau kembali menekuni kegiatan saya di tahun 2007-2011, akan saya lakukan. Toh sudah banyak yang mengenal nama itu.

Kira-kira, apakah Anda juga berani move on? ^_^

21 January, 2015

Sudut Pandang Rangga A Kusuma Versi Saya

Anak seperti Rangga itu kasihan. Saya juga serupa dengan kamu nak. Saya juga produk broken home ( dan saya baru menyadarinya). Hanya saja, saya masih beruntung, memiliki mama yang mengorbankan segalanya demi anak semata wayangnya ini. Beliau banyak sekali yang melamar, lelaki-lelaki tampan bermasa depan cerah. Tapi mama menolaknya, beliau takut, tak akan bisa memperhatikan saya dengan baik. Atau tepatnya perhatiannya akan berkurang, tak sama lagi. Tentu akan berbeda. Mama akan mengurus suaminya, saya, dan anak-anak dengan suami baru.

Meski kondisi ekonomi sangat sulit, hutang disana sini, tapi saya selalu merasa hidup layak. Makan enak, dan senang. Saya pernah merasa juga sepatu bolong, makan tempe kecil yang dulu harga seratusan dibagi 4, dll
( Kalau sekarang mama berkelimpahan, karena usahanya, jerih payahnya sendiri, tanpa sepeser pun dari lelaki itu). Padahal seharusnya ada lelaki yang sah tercatat resmi di KUA, yang seharusnya menafkahi, mengunjungi kami. Tapi dia justru tak pernah ada.

Hingga aku bisa melihatnya utuh, berdiri di hadapan, saat mama kanker payudara, Mama menggunakan fasilitas keluarga Te***m, untuk berobat. Ya karena mama tercatat sebagai istrinya. Ternyata teman di kamar rumah sakit, bertanya-tanya kenapa mama tidak ada yang menjenguk dan diam saja. Saya juga tidak tahu menahu, kalau mama ke Bandung karena itu.

Beliau adalah sekertaris direktur utama BUMN telekomunikasi Te***m, Bu Hartini yang baik ( semoga saya bisa bertemu dengan beliau, karena pindah Jakarta). Akhirnya tanpa diminta beliau mengurus masalah kami, karena naluri wanita ( kata Bu Hartini, mama menceritakan segalanya secara detil). Sampai direksi dan staf2 ahli, ada di satu ruangan. Dulu, saat mama mengurus agar saya bisa bertemu, lelaki itu selalu sembunyi, teman-temannya juga menyembunyikannya. Mama mencarinya kemana mana. Sampai pernah saya dan mama menginap di rumah orang yang kasihan dengan kami, semalam. Saya tidur disana, menulis, mencoret buku gambar pahlawan. Kamar dengan tempat tidur ada kelambunya, dekat dengan kamar mandi dan sumur. Tak hanya itu. Berkali-kali kami begitu. Waktu itu saya tak tahu. Saya typus dan memanggil papa, lelaki itu tak pernah datang. Sekarang saat saya dewasa, saya baru tahu, kedatangan di Bandung, untuk mencarinya. Agar saya bisa melihatnya.

Masalah cepat beres, saat ada petinggi, dia datang. Menangis tanpa henti, menghabiskan semua tisu yang ada banyak di meja. Menciumi ubun2 kepala seraya meminta maaf. Saya mati kutu, diam seribu bahasa, menangis. Menangis seperti semua yang datang. Seharusnya saya marah, meluapkan kemarahan, kenapa dia tak pernah ada.

Saya yang sudah belajar merangkai kata-kata, yang kasar, justru menguap saja. Saya yang terkejut saat diminta datang ke Bandung oleh teman mama, tanpa bilang untuk keperluan apa. Saat usia 17 tahun. Lelaki itu, menandatangani surat, agar memberikan saya tunjangan 300rb setiap bulan ( 17 tahun saya hidup bagaimana dan mana?), tapi hanya terkirim 3x saja. Mereka menyuruh agar meresmikan cerai. Tapi sama saja, mama yang harus mengurusnya, mahal. Saya pernah ditelepon lewat tetangga yang baik, lelaki itu menyuruh pasang telpon, hanya sekali, ga ada sejam. Setelah pasang telepon, dia tak pernah menghubungi saya lagi. Saat saya luluh dan meneleponnya, berkali-kali kamu tak ada. Teman-temanmu turut berbohong. BOHONG.


Hingga akhirnya saya menikah, saya pun tak mau melihatmu di hari itu. Saya takut hari istimewa akan menjadi jauh lebih buruk. Alhamdulillah, Mama, dan keluarga memahami keinginan itu. Atas bantuan staf yang dulu membantu proses di usia 17 tahun itu. Keinginan terwujud, Pak Tunggal Kalimantan, mengurus surat-suratnya. Beliau juga pernah mengunjungi saya di Solo. Mengetahui perkembangan saya, ketika El lahir dan mengucapkan salam. Mereka yang hadir mendoakan setelah siraman dengan linangan air mata. Berharap saya tidak akan mengalami hal yang sama, seperti Mama.

Lebih baik tak bertemu dan berjanji, daripada justru melukai. Maaf? Banyak orang sok suci meminta untuk memaafkan dia? Mudah? Pertanyaannya adalah, pernahkah kalian ada di posisi saya? Agar bisa memahami dengan benar perasaan selama ini?

Saya hidup dengan mama sejak dari kandungan. Jadi saya tak pernah tahu, dan tak mengenal sosok ayah itu, selain foto pernikahan, karena dia tak pernah ada di hidup. Sangat mudah bagi saya, agar tidak menjawab pertanyaan setiap orang. Saya selalu bilang, papa sudah meninggal. Kalau tidak orang-orang yang tak dikenal, akan bertanya terus. Ini merepotkan. Setiap pulang kantor mama sudah menjadi ibu yang sangat baik.

Bedanya saya dengan kamu Rangga. Kamu pernah berkumpul dengan kedua orangtua mu. Kamu tahu mama dan papa. Bedanya lagi, papa dan mama memiliki keluarga baru. Seminggu di papa, seminggu di mama, seperti bola ping pong. Bagi orang tua seperti ini tak masalah. Bagi anak, pasti jauh berbeda. Wajar kalau ada perasaan begitu. Saat di rumah papa atau mama, kamu akan melihat adik tirimu dan mama atau papa tirimu. Tentu ada yang berbeda. Bohong kalau tidak.

Perhatian papa mama yang telah menikah, punya anak-anak lagi, dengan keluarga barunya, tentu akan berbeda untuk Rangga. Saya bisa merasakan dan membayangkan kesepiannya. Hidup tanpa kepastian.

Saya juga pernah dititipkan ke kerabat saat mama sekolah 3 tahun, tapi saya selalu yakin mama akan menjemput, mengjenguk dan berkumpul. Saya juga menjalani hari-hari seperti biasa. Memang tak diberi perhatian ( kalau iya,seperlunya), karena memang akan berbeda. Yang penting tercukupi dan sehat, mungkin begitu. Padahal bagi anak, dia ingin dipeluk, ditanya sudah makan? Diajak berbincang dan ada didekatnya sewaktu-waktu. Bepergian, entah hanya ke Mall, dll.

Pantas Rangga merasa, dia tak diinginkan kedua orang tuanya. Karena dia tak punya keyakinan, bahwa dia bisa lama dengan papa atau mamanya. Dia juga tak bisa sewaktu-waktu bercerita, mengajak pergi orang tuanya sewaktu-waktu. Dia tak bisa seperti kawan-kawannya. Pantas dia menyendiri, dll. Anak seperti harusnya dikasih dukungan, dan ditemani.

Dari awal saya juga sudah bertanya-tanya, senyumnya yang menghilang, terlihat dari fotonya, waktu kecil dia tersenyum lebar dan los.

Saya harap, bagi orang yang berkomentar di sosial media, coba posisikan Anda sebagai dia. Kita bisa berkomentar apa saja. Bagi dia masalahnya lain, dan saya sangat memahami itu.Mental, sifat, kepribadian tiap orang berbeda. Dia ceria awalnya terlihat dari senyumnya. Saya juga. Tapi situasi dan kondisi saya juga berbeda.


Saya bersyukur, punya mama yang aku merasa bisa memilikinya, sampai merasa, dan seperti perhatian dari Mama sudah lebih dari cukup. Produk broken home perlu perhatian dari keluarga besar dan tetangga juga lingkungan. Jangan karena terlihat baik-baik, ya, akan baik-baik saja. Tak sesederhana itu.

Tak semua orang tahu kalau saya hidup dengan mama single parent kalau tidak dekat. Mereka pasti kaget, kenapa kamu selalu ceria?


Bahkan ada guru-guru yang tahu, bisa bilang, " Kamu cantik, pinter juara kelas dan sekolah ( Tes IQ-ku juga terbilang tinggi), jago jualan, anak baik-baik, ga nyangka kondisi ayah ibumu begini."

Ya karena saya mandiri, ceria, dibilang cantik sama kebanyakan orang, tangguh dan beraktivitas seperti anak-anak pada umumnya. Saya seperti anak normal dengan keluarga lengkap. Nge-band pernah, naik gunung pernah. Tidak merokok, ngobat, dan lain-lain.


Bersyukur teman-teman banyak dan baik, melindungi. Teman mulai yang menurut orang nakal hingga alim, saya juga punya. Manja? Tidak, Kekanak-kanakkan? Tidak! Makanya kalau ada yang bilang begitu, saya pengen bilang, kamu kenal saya berapa lama?

Itu kacamata saya, sudut pandang saya, sesama produk broken home. Rangga sayang, saya hanya bisa mendoakanmu dari sini. Semoga Alloh memaafkan kesalahanmu dan kekhilafanmu, melapangkan kuburmu, menerima segala amalan, kebaikanmu, menghapus dosamu, menempatkanmu di tempat yang baik. Iya, Alloh memang Maha Baik, Maha Segalanya. Alloh mencintai dan menyayangi umat-nya.

Ini jadi mengingatkan masa lalu yang tak pernah saya tutup-tutupi. Kelak saya ingin juga menjadi konselor buat anak-anak seperti saya. Karena saya adalah bagian dari itu. Saya tak ingin, anak-anak saya mengalami itu. Anak sudah punya perasaan, keinginan, dan harapan. Jangan lukai itu.

Selamat jalan Rangga Arman Kusuma




*NOTE:

Catatan ini bentuk kepedulian saya, ketika membaca berita yang ada. Berita yang awalnya saya saring untuk tidak saya baca. Karena saya pasti akan kepikiran beberapa bulan. Seolah saya bisa merekontruksi ulang kejadian, kegiatan korban dll. Berita yang menyangkut bayi dan anak, sering melukai perasaan dan sisi keibuan saya. Tapi saya baca juga. Termasuk komentar yang menyudutkan. Ini broken home dari saya. Kacamata saya, yang saya baru sadari, bahwa saya juga broken home.

Saya yakin dan percaya, kedua orang tuanya sekarang sedang bersedih, menyesal, dll.


Untuk Mama, semenjak kecil saya selalu mendoakan untukmu, kesehatan, panjang umur, rejeki yang berkelimpahan, kebahagiaan, dan iman dan pribadi yang selalu kuat dan tangguh.


Saya bersyukur, karena dengan apa yang saya alami. Saya tumbuh menjadi pribadi yang kuat, tangguh, mandiri, dll.


Apabila artikel ini bermanfaat, silakan menambah G+ dan follow @IkaMitayani dan Like Fanpage IkaMitayaniCom.

01 January, 2015

Nilai Resolusi di 2015

Tak terasa ya, sudah berganti tahun.


Akhirnya, merasakan hari pertama di tahun 2015. Seperti biasa banyak yang mulai ancang-ancang dengan target, resolusi dan sejenisnya. Pertanyaannya sekarang adalah, yakin bisa terwujud.


Tunggu dulu, ini pertanyaan untuk saya sendiri lo. Jangan protes dulu ya.


Tiga tahun ini saya tak punya resolusi. Hanya doa. Ya doa. Kok hanya? Hanya itu yang menguatkan.


Tiga tahun yang berat, penuh ujian, halangan, rintangan. Padahal sebelumnya, saya bisa mendapat orderan banyak, mengirim puluhan paket tiap hari, mengirim puluhan orderan logo via email, dll.


Namun saya masih bisa melewatinya, bukankah, hanya hamba ( manusia) yang kuat saja yang diberi cobaan? Bukankah, Tuhan juga menguji sesuai kemampuan hamba-Nya?


Saya berharap, bisa lulus ujian dan naik level.


Sikap optimis ini mungkin yang mampu membuat saya bertahan, survive.


Bohong, kalau saya tidak menyerah. Setidaknya merasa putus asa. Merasa seperti manusia di dalam kotak, bergerak ke kanan membentur dinding kotak, bergerak ke arah lain, juga terbentur. Alias tak ada perubahan. Segala upaya juga sia-sia.


Jujur, saya sedikit bernafas lega, saat apa yang sedang saya kerjakan di akhir tahun, mulai membuahkan hasil. Memang belum terlihat maksimal. Namun saya yakin, lagi-lagi optimis. Tahun 2015 mampu menjadi perantara dari Tuhan untuk saya. Saya naik level.


Bersyukur, saya memiliki ibu, suami, anak-anak, sahabat, teman yang begitu support. Saya juga begitu berterima kasih buat rumah makan, toko juga pembeli kue, mereka yang order blog, Anda yang menggunakan jasa review dan promosi, Anda pembaca blog ini.


Sekarang saya sudah memiliki resolusi.


1. Mencatat semua target yang ingin saya capai
2. Melakukan pembukuan, hasil kerja
3. Mengerjakan produksi+pemasaran kue, jasa blog, jasa review+promo, dll lebih baik dan terprogram
4. Belajar terus untuk menguasai beberapa ilmu yang berhubungan dngan pekerjaan saya -> selama ini sudah saya lakukan. Otak juga perlu amunisi
5. Menerbitkan dan memasarkan buku saya secara online ( pengalaman selama mendapat uang dari blog) -> sudah tinggal cetak
6. Menjadi konsultan dan tutor bagi blogger yang mulai merintis
7. Membuat catatan apa yang harus dikerjakan menjadi beberapa buku ( untuk masing-masing usaha) -> sudah saya kerjakan. Progressnya juga terlihat
8. Saya harus produktif posting artikel
9. Mengadakan workshop offline dan online bagi siapa saja yang ingin belajar menjadi blogger. Karena ternyata saya baru tahu, bahwa tidak semua orang tahu apa itu blog, gunanya untuk apa, dll.


10. Saya ingin bisa membantu banyak orang. Apa yang saya kerjakan juga bisa bermanfaat bagi orang banyak.


Resolusi yang paling utama? Tentu prioritas utama yang bukan termasuk resolusi.
1. Semakin taat menjalani ibadah, hubungan antar sesama umat dan yang berbeda keyakinan. Bukankah Islam Rahmatan Lil Alamin?


2. Menjadi ibu yang baik bagi anak-anak, istri keren dan tangguh untuk suami saya


3. Mama bisa bangga


Sangat sederhana.....


Itu resolusi saya kali ini. Apa resolusi Anda? :-)


Mumpung di awal tahun, masih fresh.


@IkaMitayani
FanPage IkaMitayaniCom


 

Nilai Resolusi di 2015

Tak terasa ya, sudah berganti tahun.
Akhirnya, merasakan hari pertama di tahun 2015. Seperti biasa banyak yang mulai ancang-ancang dengan target, resolusi dan sejenisnya. Pertanyaannya sekarang adalah, yakin bisa terwujud.
Tunggu dulu, ini pertanyaan untuk saya sendiri lo. Jangan protes dulu ya.
Tiga tahun ini saya tak punya resolusi. Hanya doa. Ya doa. Kok hanya? Hanya itu yang menguatkan.
Tiga tahun yang berat, penuh ujian, halangan, rintangan. Padahal sebelumnya, saya bisa mendapat orderan banyak, mengirim puluhan paket tiap hari, mengirim puluhan orderan logo via email, dll.
Namun saya masih bisa melewatinya, bukankah, hanya hamba ( manusia) yang kuat saja yang diberi cobaan? Bukankah, Tuhan juga menguji sesuai kemampuan hamba-Nya?
Saya berharap, bisa lulus ujian dan naik level.
Sikap optimis ini mungkin yang mampu membuat saya bertahan, survive.
Bohong, kalau saya tidak menyerah. Setidaknya merasa putus asa. Merasa seperti manusia di dalam kotak, bergerak ke kanan membentur dinding kotak, bergerak ke arah lain, juga terbentur. Alias tak ada perubahan. Segala upaya juga sia-sia.
Jujur, saya sedikit bernafas lega, saat apa yang sedang saya kerjakan di akhir tahun, mulai membuahkan hasil. Memang belum terlihat maksimal. Namun saya yakin, lagi-lagi optimis. Tahun 2015 mampu menjadi perantara dari Tuhan untuk saya. Saya naik level.
Bersyukur, saya memiliki ibu, suami, anak-anak, sahabat, teman yang begitu support. Saya juga begitu berterima kasih buat rumah makan, toko juga pembeli kue, mereka yang order blog, Anda yang menggunakan jasa review dan promosi, Anda pembaca blog ini.
Sekarang saya sudah memiliki resolusi.
1. Mencatat semua target yang ingin saya capai
2. Melakukan pembukuan, hasil kerja
3. Mengerjakan produksi+pemasaran kue, jasa blog, jasa review+promo, dll lebih baik dan terprogram
4. Belajar terus untuk menguasai beberapa ilmu yang berhubungan dngan pekerjaan saya -> selama ini sudah saya lakukan. Otak juga perlu amunisi
5. Menerbitkan dan memasarkan buku saya secara online ( pengalaman selama mendapat uang dari blog) -> sudah tinggal cetak
6. Menjadi konsultan dan tutor bagi blogger yang mulai merintis
7. Membuat catatan apa yang harus dikerjakan menjadi beberapa buku ( untuk masing-masing usaha) -> sudah saya kerjakan. Progressnya juga terlihat
8. Saya harus produktif posting artikel
9. Mengadakan workshop offline dan online bagi siapa saja yang ingin belajar menjadi blogger. Karena ternyata saya baru tahu, bahwa tidak semua orang tahu apa itu blog, gunanya untuk apa, dll.
10. Saya ingin bisa membantu banyak orang. Apa yang saya kerjakan juga bisa bermanfaat bagi orang banyak.
Resolusi yang paling utama? Tentu prioritas utama yang bukan termasuk resolusi.
1. Semakin taat menjalani ibadah, hubungan antar sesama umat dan yang berbeda keyakinan. Bukankah Islam Rahmatan Lil Alamin?
2. Menjadi ibu yang baik bagi anak-anak, istri keren dan tangguh untuk suami saya
3. Mama bisa bangga
Sangat sederhana.....
Itu resolusi saya kali ini. Apa resolusi Anda? :-)
Mumpung di awal tahun, masih fresh.
@IkaMitayani
FanPage IkaMitayaniCom


23 December, 2014

Apa Susahnya Terima Kasih

Pagi ini, saya pergi menitipkan pie susu di warung bubur langganan. Saya juga ingin beli bubur sekalian. Bubur enak dan murah meriah.

Saat bersamaan berdiri seorang wanita usia mungkin sebaya dengan saya. Karena saya memesan duluan, ya saya didulukan. Orang ini kekeh banget. Akhirnya pesan berapa? Satu. Akhirnya sama pemilik warung didahulukan, karena saya membeli untuk anak-anak.

Saya bilang, iya gpp, dia saja dulu. Setelah pemilik warung menanyakan ke saya.

Saya sempat tersenyum dengannya, pembeli di sebelah itu. Dia tidak tersenyum dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Termasuk ucapan terima kasih.

" Saya buru-buru mau masuk kantor."

Tapi penampilan masih lusuh belum mandi.

Memang saya juga tidak punya aktivitas apa pun?

Sudah menyerobot dan tidak memgucapkan terima kasih kepada saya yang sudah memberikan giliran.

Kalau saya, pasti akan mengucapkan terima kasih, setidaknya, saya menghargai perbuatan orang lain sekecil apa pun itu. Kita tak pernah tahu, seberapa melegakannya ucapan terima kasih itu.

Atau Anda sedang meremehkan saya, yang menitipkan kue?

Entahlah. Saya yakin setiap tindakan akan mendapatkan ganti. Bisa jadi Anda akan dibuat kesal oleh orang lain. :)

Keraguan Seorang Bakul Kue

Terhitung dalam dua minggu ini, saya mulai menitipkan kue. Soal bikin kue sih tak ada masalah. Apalagi saya sudah tahu managemen bakul kue seperti apa. Namun ada yang sering membuat saya ragu masuk ke warung atau toko.

Malu? Bukan. Bukan itu. Saya bisa menekan rasa malu dengan sugesti bahwa ini halal. Saya ingin mendapatkan penghasilan halal.

Keraguan.

Saya sering ragu ketika sudah sampai tempat yang mau dituju. Awalnya karena saya langganan disitu, tak jadi soal. Lain ceritanya ketika kita belum mengenalnya.

Saya ragu masuk tidak ya. Saya berhasil menekan keraguan ini dengan segera masuk. Tak peduli berapa pasang mata melihat.

Hari ini saya ragu lagi, saat membawa kue pie susu, saya belum sempat membuat brownis. Saya ragu untuk berhenti. Kan, stok kemarin lumayan banyak, di warung makan ini. Akhirnya saya terus melaju bersama anak-anak. Padahal warung kala itu sedang ramai sekali.

Harusnya keraguan itu tidak ada. Seharusnya....

Keraguan Seorang Bakul Kue

Terhitung dalam dua minggu ini, saya mulai menitipkan kue. Soal bikin kue sih tak ada masalah. Apalagi saya sudah tahu managemen bakul kue seperti apa. Namun ada yang sering membuat saya ragu masuk ke warung atau toko.

Malu? Bukan. Bukan itu. Saya bisa menekan rasa malu dengan sugesti bahwa ini halal. Saya ingin mendapatkan penghasilan halal.

Keraguan.

Saya sering ragu ketika sudah sampai tempat yang mau dituju. Awalnya karena saya langganan disitu, tak jadi soal. Lain ceritanya ketika kita belum mengenalnya.

Saya ragu masuk tidak ya. Saya berhasil menekan keraguan ini dengan segera masuk. Tak peduli berapa pasang mata melihat.

Hari ini saya ragu lagi, saat membawa kue pie susu, saya belum sempat membuat brownis. Saya ragu untuk berhenti. Kan, stok kemarin lumayan banyak, di warung makan ini. Akhirnya saya terus melaju bersama anak-anak. Padahal warung kala itu sedang ramai sekali.

Harusnya keraguan itu tidak ada. Seharusnya....

Apa Susahnya Terima Kasih

Pagi ini, saya pergi menitipkan pie susu di warung bubur langganan. Saya juga ingin beli bubur sekalian. Bubur enak dan murah meriah.

Saat bersamaan berdiri seorang wanita usia mungkin sebaya dengan saya. Karena saya memesan duluan, ya saya didulukan. Orang ini kekeh banget. Akhirnya pesan berapa? Satu. Akhirnya sama pemilik warung didahulukan, karena saya membeli untuk anak-anak.

Saya bilang, iya gpp, dia saja dulu. Setelah pemilik warung menanyakan ke saya.

Saya sempat tersenyum dengannya, pembeli di sebelah itu. Dia tidak tersenyum dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Termasuk ucapan terima kasih.

" Saya buru-buru mau masuk kantor."

Tapi penampilan masih lusuh belum mandi.

Memang saya juga tidak punya aktivitas apa pun?

Sudah menyerobot dan tidak memgucapkan terima kasih kepada saya yang sudah memberikan giliran.

Kalau saya, pasti akan mengucapkan terima kasih, setidaknya, saya menghargai perbuatan orang lain sekecil apa pun itu. Kita tak pernah tahu, seberapa melegakannya ucapan terima kasih itu.

Atau Anda sedang meremehkan saya, yang menitipkan kue?

Entahlah. Saya yakin setiap tindakan akan mendapatkan ganti. Bisa jadi Anda akan dibuat kesal oleh orang lain. :)

18 December, 2014

Tiga Alasan Orang Malas Diceramahi

Hayo siapa yang suka diceramahi? Diceramahi sendiri konotasinya mulai negatif. Betul tidak?

Ketika Anda baru melakukan kesalahan, dan Anda sendiri tahu itu. Ada orang yang menceramahi Anda. Kalimat seperti, " Gimana sih, harusnya tadi kan...."

" Apa aku bilang, ngeyel sih."

Itu akan terdengar menyebalkan dan bikin gatal mulut. Anda akan merasa dipojokkan. Akibatnya, Anda justru berantem dengan "penceramah" tadi. Padahal yang Anda butuhkan adalah empati, bukan ceramah.

Berikut alasan orang malas diceramahi:

1. Merasa dipojokkan.

2. Merasa bodoh.

3. Merasa digurui.

Apakah Anda ingin menambahkan sendiri? :)

@IkaMitayani

FanPage IkaMitayaniCom

Salam Sukses

Ika Mitayani

Kontak:

ikamitayani@gmail.com

www.ikamitayani.com

08988512000| 2755288C

Kami melayani review produk atau jasa dengan bonus promosi di jaringan sosial media.

Review kami banyak pengunjungnya.

Segera ebook tentang cara ampuh produktif menulis artikel blog dan bonus 3 ebook.

Tiga Alasan Orang Malas Diceramahi

Hayo siapa yang suka diceramahi? Diceramahi sendiri konotasinya mulai negatif. Betul tidak?

Ketika Anda baru melakukan kesalahan, dan Anda sendiri tahu itu. Ada orang yang menceramahi Anda. Kalimat seperti, " Gimana sih, harusnya tadi kan...."

" Apa aku bilang, ngeyel sih."

Itu akan terdengar menyebalkan dan bikin gatal mulut. Anda akan merasa dipojokkan. Akibatnya, Anda justru

13 December, 2014

Cara Terampuh Bebas dari Perasaan Lelah

Apa yang biasa kamu lakukan kalau sedang merasa sedih, semacam down?


Aku akan beristirahat barang sejenak. Meski itu juga tak mungkin. Ada anak-anak, urusan rumah, pekerjaan sebagai blogger, penulis artikel, reviewer, ngurus iklan dan promo, menyicil tulisan, bakul kue, dll.


Hal lain yang akan aku lakukan adalah berjalan-jalan ke toko buku, bersama anak-anak. Perjalanan kesana juga sudah membuat anak senang. Aku juga senang. Entah kenapa ada perasaan plong saat menginjakkan kaki disana. Aku bisa merasa segar kembali. Apalagi kalau aku sampai membeli buku, yang bermanfaat dan sesuai yang sedang kuinginkan dan butuhkan. Satu buku saja sudah membuatku senang. Sungguh.


Hari ini, aku benar-benar merasa down. Ada saja yang membuatku demikian sedari pagi. Tapi aku harus semangat. Membuangnya terlebih dahulu, untuk beraktivitas kembali. Aku harus senang dan merasa positif. Itu saja.


Oia satu lagi, ada perasaan yang menyenangkan saat kamu juga berbagi. Melihat mereka yang tersenyum dengan pemberianmu. Apalagi kalau mereka menyukainya, akan membuatmu ketagihan. Seringlah berbagi dengan siapa saja. Membuat camilan dan membagi-baginya kemana saja, siapa saja. Alhasil, perasaan lelahmu akan hilang.


Oia, jangan lupa, pertama yang harus kamu lakukan, berceritalah dengan Tuhan. Itu saran terbaikku.


Sahabatmu


Aku

01 December, 2014

Kebutuhan VS Keinginan

kebutuhan vs keinginan

kebutuhan vs keinginan




Pernah mendengar, keinginan versus kebutuhan yang sering dikatakan pakar ekonomi, atau perencana keuangan?


Saya yakin jawabannya iya. Keinginan biasanya berwujud dalam bentuk yang tidal terlalu printing tapi, tetap Anda beli. Contohnya begini, Anda punya sepatu berwarna hitam. Suatu waktu Anda jalan-jalan di mall. Anda melihat sepatu berwarna merah muda dengan model yang sama. Kok bagus ya, pikir Anda. Anda lantas membelinya, sementara Anda tahu dan ingat, di rumah masih ada begitu banyak sepatu, dan sebagian memiliki model yang serupa. Kata pakar keuangan, inilah yang disebut keinginan.


Lain halnya, kebutuhan. Anda membeli sayur, karena Anda memang membutuhkan untuk makan. Anda harus membayar tagihan listrik, pln, dll, karena memang Anda membutuhkan, itu wajib Anda bayar.


Jadi, apakah Anda tahu apa yang benar Anda butuhkan atau inginkan? Saya tahu, saat memiliki uang sedikit. Semoga saya bisa terus begini, meski berlebih materi nantinya. Amin

22 September, 2014

Tak Berdaya Tak Bisa Membantu Orang Lain

Siang ini saya menonton Lintas Siang MNC TV, ada berita tentang seorang ayah yang ingin menjual ginjalnya. Untuk pengobatan anak pertamanya, yang tak bisa berdiri, bahkan untuk menegakkan kepalanya saja tak sanggup. Rumah sakit bisa mengoperasi dengan biaya puluhan juta. Dan dia tak punya.Katanya ada penolakan atau apa. Di tayangan tersebut, entah anak keduanya, melihat kakaknya yang tergeletak tak berdaya dengan sorot sedih. Usianya mungkin dua tahun. Kakaknya kira-kira 3 sampai 4 tahun. Mata saya segera berlinang air mata.  Bahkan saat menulis blog ini. Saya sedih tak bisa membantunya.

Saya lantas tersadar, merasa tak berdaya. Hati siapa yang tak lantas iba. Terutama saya. Melihat itu saya tak berhenti menangis hingga sekarang. Saya tak bisa membantunya. Andai saja, saya berkelimpahan uang, saya ingin membantu pengobatannya hingga sembuh. Saya tahu rasanya menjadi orang tua. Saat anak demam saja, hati saya sudah tak keruan. Apalagi keluarga tersebut sekarang? Bagaimana cara saya membantunya?
Akhir tayangan ditampilkan pihak humas memberi tanggapan dan menepuk pundaknya. Ada solusi untuk itu. Dinas apa gitu, saya lupa. Seperti membantu. Semoga, ada hati-hati yang terketuk untuk mrmbantunya. Saya hanya bisa mengirimkan doa, semoga Alloh sudi mengabulkan.

Saya ingin menjadi orang berlimpah materi, agar selain bisa memberi layak untuk anak-anak, juga bisa membantu banyak orang yang membutuhkan, seperti keluarga tersebut. Untuk anak-anak yang membutuhkan dana operasi demi kesehatannya. Untuk siapa pun yang membutuhkan. Sedih rasanya, ketika tak bisa membantu. Merasa tak berdaya. Hanya bisa menangis dan mengirimkan doa.

Entah kenapa kuat keinginan saya untuk menanyakan alamat mereka, ke Lintas Siang, mencari email terlebih dahulu. Entah apa yang akan saya lakukan nanti ketika sudah dapat data mereka. Share ke internet? Agar semakin banyak orang yang tahu. Salut saya dengan reporter tayangan tersebut. Anda hebat, bisa mengetahui berita tersebut, membagi ke khalayak umum, agar tahu dan siapa tahu ada para dermawan mengulurkan bantuan. Anda hebat! Anda adalah pahlawan, semoga akan ada berita-berita seperti itu terus menerus. Agar banyak yang terbantu.

Artikel ini dibuat dari dasar hati saya....refleksi dari ketidakberdayaan.....

21 September, 2014

Tak Berdaya Tak Bisa Membantu Orang Lain

Siang ini saya menonton Lintas Siang MNC TV, ada berita tentang seorang ayah yang ingin menjual ginjalnya. Untuk pengobatan anak pertamanya, yang tak bisa berdiri, bahkan untuk menegakkan kepalanya saja tak sanggup. Rumah sakit bisa mengoperasi dengan biaya puluhan juta. Dan dia tak punya.Katanya ada penolakan atau apa. Di tayangan tersebut, entah anak keduanya, melihat kakaknya yang tergeletak tak berdaya dengan sorot sedih. Usianya mungkin dua tahun. Kakaknya kira-kira 3 sampai 4 tahun. Mata saya segera berlinang air mata.  Bahkan saat menulis blog ini. Saya sedih tak bisa membantunya.

Saya lantas tersadar, merasa tak berdaya. Hati siapa yang tak lantas iba. Terutama saya. Melihat itu saya tak berhenti menangis hingga sekarang. Saya tak bisa membantunya. Andai saja, saya berkelimpahan uang, saya ingin membantu pengobatannya hingga sembuh. Saya tahu rasanya menjadi orang tua. Saat anak demam saja, hati saya sudah tak keruan. Apalagi keluarga tersebut sekarang? Bagaimana cara saya membantunya?
Akhir tayangan ditampilkan pihak humas memberi tanggapan dan menepuk pundaknya. Ada solusi untuk itu. Dinas apa gitu, saya lupa. Seperti membantu. Semoga, ada hati-hati yang terketuk untuk mrmbantunya. Saya hanya bisa mengirimkan doa, semoga Alloh sudi mengabulkan.

Saya ingin menjadi orang berlimpah materi, agar selain bisa memberi layak untuk anak-anak, juga bisa membantu banyak orang yang membutuhkan, seperti keluarga tersebut. Untuk anak-anak yang membutuhkan dana operasi demi kesehatannya. Untuk siapa pun yang membutuhkan. Sedih rasanya, ketika tak bisa membantu. Merasa tak berdaya. Hanya bisa menangis dan mengirimkan doa.

Entah kenapa kuat keinginan saya untuk menanyakan alamat mereka, ke Lintas Siang, mencari email terlebih dahulu. Entah apa yang akan saya lakukan nanti ketika sudah dapat data mereka. Share ke internet? Agar semakin banyak orang yang tahu. Salut saya dengan reporter tayangan tersebut. Anda hebat, bisa mengetahui berita tersebut, membagi ke khalayak umum, agar tahu dan siapa tahu ada para dermawan mengulurkan bantuan. Anda hebat! Anda adalah pahlawan, semoga akan ada berita-berita seperti itu terus menerus. Agar banyak yang terbantu.

Artikel ini dibuat dari dasar hati saya....refleksi dari ketidakberdayaan.....

22 July, 2014

Hikmah Suatu Peristiwa

Pernah tidak berpikiran, kalau sebenarnya apa yang terjadu dihidup ini, akan ada hikmahnya?

Contoh sepelenya hari ini.

Saya sudah lama tak mengisi blog ini. Bingung mau nulis apa dan belum ada waktu buat ngeblog juga. Mau nulis juga ga begitu lancar. Akhirnya blog menganggur beberapa saat.

Nah dini hari ini saya mengalami peristiwa yang bikin kapok. Cincin tak bisa dilepas ( cerita ada di postingan sebelum ini).

Tapi kalau tidak ada cerita diatas, saya juga tak mendapat ilmu baru, dan mengambil hikmah. Kalau tidak, saya tak punya artikel baru hehehhehehe

22 May, 2014

Andai Saya Punya Seratus Juta

Kalau saja saya memiliki uang seratus juta, apa yang akan saya lakukan?

Pertama, saya akan segera membayar utang atau pinjaman. Melunasi tagihan, dll. Tentu itu yang akan saya lakukan pertama kali. Bagaimana bisa membayar kalau uang saja selalu saja buat kebutuhan anak-anak, tanpa jajan, dll. Bagaimana bisa? Berusaha sekuat mungkin untuk mendapat penghasilan tambahan, tapi masih saja tak ada. Hanya berharap bahwa bulan Juni ini toko buku offline bisa jalan ( tanpa modal, hanya kepercayaan) agar saya memiliki pendapatan. Bisa menyekolahkan anak. Saya capek kalau terus saja tidak memiliki uang, apalagi vakum dua tahun, hamil dan melahirkan, dan membesarkan anak-anak. Saya juga berharap agar pelatihan menulis nantinya yang mendatangkan penulis, penerbit dan editor juga terlaksana. Terlebih, mereka ada yang sudah sekali atau bahkan belum ketemu sama sekali, bersedia jadi mentor. Semoga ini nanti juga berimbas terhadap saya. Semua saya lakukan hanya modal kepercayaan. Nanti kalau penghasilan sudah ada, segera melunasi tagihan.

Kedua tentu untuk modal usaha.

Ketiga untuk membantu orang yang membutuhkan bantuan, entah teman atau sodara yang pernah membantu saya.

Keempat, saya akan berinvestasi yang nantinya akan bisa unduh, untuk sekolah anak, masa tua, juga untuk sekolah.

Kelima dan seterusnya, hanya saya dan Tuhan yang tahu, selain Ibadah Haji dan jalan-jalan ke Korea dan seluruh dunia. Amin